Sempat terbersit di benak saya keprihatinan ketika Presiden Jokowi melontarkan statement berikut  saat membagikan 1.300 sertifikat tanah untuk warga Lampung Tengah (23/11/18) :
"Ini yang kadang-kadang haduh. Mau saya tabok orangnya di mana, saya cari betul,"
"Saya ini sudah 4 tahun digini-giniin. Sabar, sabar ya Allah, sabar, sabar. Tapi sekarang saya berbicara karena jangan sampai ada 9 juta orang percaya terhadap berita-berita begini,"
Ya, sepertinya Presiden Jokowi sedang galau berat, sampai mau nabok sendiri. Ungkapan emosional memang sering dinilai sebagai batas kesabaran yang tipis perbedaanya dengan batas kepanikan. Walaupun sebagai presiden panglima tertinggi buat apa panik, karena semua kekuatan negara ada ditangannya.
Ternyata benar Jokowi tak hanya omong kosong, tak hanya beraninya gertak sambal.
Keesokan harinya, muncul berita, admin dan pemilik akun Instagram sr23_official, telah mengaku pada Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri bahwa dialah salah satu dalang fitnah ke Jokowi yang diidentikkan dengan kader PKI. Jika dilihat sepak terjangnya memang cukup kurang ajar karena dari akunnya sendiri yang mempunyai sekitar 100.000 follower,
"Ada 843 caption atau gambar yang dikirim pelaku (ke media sosial Instagram). Ditemukan dalam bukti ada 1.186 kali yang bersangkutan mengirim caption dalam akun itu, 843 di antaranya dia buat sendiri," kata Kombes Dani Kustoni Kasubdit I Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri.
Dengan jumlah sebanyak itu, wajarlah jika massive tersebar pantas saja 6 persen rakyat percaya Jokowi PKI, atau sekitar 9 juta rakyat Indonesia menganggap Jokowi akan menghidupkan kembali misi PKI.
Jika tidak, itu fitnah. Jika disebar, itu cara berpolitik yang brutal. Indonesia harus dibebaskan dari karma pemimpin yang cara berpolitiknya kotor.