Prabowo hampir saja terpeleset lagi di lubang yang sama. Kalau ada yang memperhatikan kalimatnya di hadapan massa FPI pada acara Hari Santri Nasional dan Milad Front Santri Indonesia ke-1, di Masjid Amaliyah, Ciawi, Bogor 22 Oktober 2018 yang lalu.
"Jangan-jangan orang yang bakar-bakar itu, bakar-bakar tulisan tauhid, jangan-jangan memang dia disuruh, dia disuruh untuk bikin kita marah dan dia adu domba,"
Titik kritisnya, karena langsung ditujukan pada si pembakar, bukan hal ikhwal pembakaran.
Demikian pula Fadli Zon juga malah langsung mengarahkan ke penistaan agama.
"Saya kira ini merupakan suatu yang bisa mengarah pada dugaan penistaan agama ya, dan penistaan agama sudah banyak contohnya,"
Seperti halnya, awal kasus Ratna Sarumpaet. Prabowo dan Fadli Zon langsung melempar isu tanpa mengecek hasil investigasi aparat kepolisian dahulu. Bakar bendera tauhid memang jelas isu sensitif karena oknumnya adalah Banser NU, yang diketahui sebagian besar massa dan ulamanya sangat diperhatikan dan berkubu pada Jokowi-Ma'ruf Amin.
Kini setelah ceritanya, menjadi terang benderang bahwa diawali simpatisan HTI ada yang "nekad" mengibarkan bendera HTI yang dia beli sendiri secara online, perlahan kubu Banser dan NU melawan balik. Fakta bahwa HTI yang sudah menjadi organisasi massa terlarang, menjadi kartu mati dan anti klimaks untuk menggalang simpati. Karena cinta NKRI tentu tak mungkin membela HTI.
Dan, imbasnya siapa bersinggungan dengan HTI, menjadi nilai minus bagi konstituen.
Sayangnya menggunakan pola yang sama dengan kasus RS, yaitu :
1. Isu langsung dipercaya
2. Sebar sentimen ke acara publik
3. Medsos meledak Â
4. Diinvestigasi Polisi
5. Isu di counter fakta
6. Kontra produktif
Seperti halnya pada kasus RS, yang tidak ada visumnya, kasus bakar bendera Tauhid ini tidak terkonfirmasi pembawa bendera pertamanya siapa ? Karena agak mustahil Banser bakar bendera tanpa sebab.
Semua memang harus menahan diri, karena pilpres bukan ajang mencari musuh sampai berperang saudara. Hanya ajang para calon presiden penawaran terbaiknya bagi rakyat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H