Mourinho memang sedang menghadapi saat-saat sulit. Sebagus apapun racikan strateginya sering mandul. Dan, imbasnya kemarahan demi kemarahan yang terlontar.
Pada laga Manchester United vs Chelsea kemarin boleh jadi salah satu dari sekian momen emosionalnya. Sesungguhnya meski MU tertinggal satu goal dulu dari Chelsea karena goal Rudiger di menit 21, tak menjadi masalah karena Anthony Martial benar-benar on-fire malam itu. Aksinya setelah mendapat umpan-umpan bola sangat tenang dan dingin mengeksekusi goal. Di babak kedua menit ke 55 dan 73 adalah pembuktian bahwa dia adalah pemain kelas dunia.
Seharusnya layak menang. Tapi bola memang bulat. Kepemimpinan wasit yang tak konsisten, menambahkan 1 menit injury time dari seharusnya ketika MU ditekan memang membuat perbedaan besar. Bola yang semula mental dari tiang gawang, lalu menciptakan kemelut, akhirnya dieksekusi oleh Barkley menjadi goal penyeimbang di detik terakhir pertandingan.
Saking senangnya lolos dari kekalahan salah satu asisten pelatih Chelsea, memprovokasi Mourinho persis di depan kursi duduknya. Mourinho pun tak terima, dia langsung mengejar si provokator itu. Tak pelak sampai diperlukan delapan orang petugas keamanan untuk menahan dan menenangkannya.
Marco Ianni, mungkin tak menyangka dia akan terkenal. Ya, terkenal karena provokasi berhasil membuat The Special One bangkit dari tempat duduk lalu mengejarnya. Untungnya, Manajer Chelsea sendiri, Maurizio Sarri mengakui bahwa salah seorang asisten bawaannya dari Napolli itu bersalah. Sehingga masalah tak jadi panjang karena aksi tak terpuji.
"..Saya tidak melihat apa pun di atas lapangan. Setelah pertandingan saya berbicara dengan Jose dan langsung paham kami salah. Saya langsung berbicara dengan anggota staf saya dan saya mengatakan kepadanya untuk berbicara dengan Mourinho dan meminta maaf. Sekarang semuanya sudah selesai,...." sesal Sarri
Memang tak patut merayakan bahkan itu bukan sebuah kemenangan secara berlebihan. Apalagi banyak PR besar tentang pertahanan di kubu Chelsea. 30 menit terakhir mereka memang praktis mengikuti pola permainan MU. Seorang Martial menjadi sangat spartan mengobrak-abrik bagian belakang Chelsea. Dan bayangkan 3 penyerang untuk menghadapi De Gea yang sendirian di belakang. Chelsea benar-benar hatus waspada.
Sedangkan, Mourinho. Boleh jadi, proses pembentukan pola permainan teamnya mulai terlihat hasilnya. MU, memang tak akan menjadi kesebelasan dengan ciri menyerang. Tapi, dengan terus menunjukkan bahwa dialah "the special one" yang harus diikuti semua pemain asuhannya, hasil positif punya peluang siapapun lawannya.
Pogba boleh jadi sudah merasakannya. Makin dia bandel, makin tak tentu nasibnya. Namun, begitu dia fokus mengikuti arahan Mourinho, kontribusinya akan nyata. Terbukti, dua goal Martial itu juga merupakan bangunan aliran serangan dari Pogba.
Apa komentar Mourinho akan gelandangnya kemarin ?
"...Gelandang saya bagus..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H