Aksi selebrasi Jojo, melepas bajunya memang menjadi trending topic hehe .. Tapi itu hanya sebagian kecil kehebatannya. Di usia mudanya 20 tahun dia sudah bisa mendapatkan emas Asian Games 2018.
Pada peringkat BWF terbaru per 23 Agustus 2018, Jonathan Christie adalah urutan ke 15. Di bawah Ginting dan Tommy, apalagi seluruh kampiun juara negara-negara peserta Asian Games kali ini. Ketika beregu putra hanya mendapatkan perak, sepertinya awal mendung menggantung di kubu Indonesia, apalagi dengan cederanya Ginting. Namun juara memang bukan soal peringkat tapi soal kemauan dan kerja keras untuk menang.
Shi YuQi yang saat ini pemeringkat kedua BWF, yang juga membuat Ginting terkapar, toh menyerah di hari pertamanya bertarung dengan Jojo dengan skor 21-19, 19-21, 21-17. Selanjutnya  Khosit Phetpradab, Wing Ki Vincent dan kemenangan atas Kenta Nishimoto memastikannya ke final.
Boleh jadi sih, Jojo yang selalu tampak bugar ditambah posturnya yang tinggi besar ini, perjuangannya tak lepas dari betapa heroiknya sang sahabat Ginting. Ginting menebas Kento Momota dan Chen Long yang mengalahkan Jojo di final beregu putra.Â
Sehingga praktis final Asian Games menampilkan pemeringkat 6 (Chou Tien Chen) vs pemeringkat 15 BWF (Jonathan Christie). Dan meskipun, terjadi rubber set Chou Tien Chen tak lagi bisa menyembunyikan kelelahannya di set ketiga. Melawan Ginting di semifinal dengan rubber set pula rupanya menguras energinya.
Ditambah lagi sorak sorai suporter Indonesia di Istora memang heroik diakui dunia. Jojo yang percaya diri di set pertama menang cepat 21-18. Namun ketika Chou Tien Chen bisa membalikkan keadaan di set kedua Jojo tampak tak tenang dan menyerah terjadi deuce sampai skor tercatat 20-22.Â
Setelah memperbaiki kontrol dan permainan netnya di babak ketiga lawan yang sering berbuat kesalahan mampu dikalahkan dengan skor 21-15, namun cek lamanya permainan, ya drama 1 jam sepuluh menit itu benar-benar tak direkomendasikan untuk mereka yang jantungan.
Secara postur memang dia paling ideal, namun justru smash nya jarang terlihat. Betul smash memang menguras tenaga. Dan era smash tajam, sudah lewat. Mengapa, karena reflek pemain juga dilatih, kekuatan raket juga saat ini tak gampang patah atau putus senar. Jika bisa dikembalikam smashnya, justru bisa menjadikan mati langkah dan terkilir.
Kekalahan beregu putra, tampaknya dibalas tuntas dengan perolehan 2 emas 1 perak 1 perunggu di sektor putra badminton. Juara itu memang tak mudah, tapi ketika kalah, harus bangkit lagi, berjuang lagi hingga pada saat terindahnya akan menang.
Selamat Jo, doa seluruh bangsa Indonesia bersama kesuksesanmu selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H