Sebenarnya, juga tidak masalah juga ketidak percayaan pada pemimpin. Namun jika anginnya dibiarkan bangsa ini akan energinya terkuras untuk saling membela, alias jalan ditempat. Bayangkan jika pencet-pencet dapat duit cepat. Mengapa harus bermacet-macet ria berangkat kerja ?
Jika klik share berita sudah dianggap jihad, mengapa harus cape-cape ikut pengajian, training, pelatihan untuk menambah ilmu.
Maka saya setuju Hoax harus dihentikan. Sebenar-benarnya media bukan mainstream bukan sesuatu hal yang bisa dipertanggungjawabkan karena akan kabur jika didatangi pak polisi.
Yang ditangkap mereka yang kontra Jokowi saja ? Saat ini mungkin benar. Tapi silakan hitung berapa lama mereka berpesta dengan berita-berita hoax-nya. Dan yang pasti kepolisian menerima semua aduan. Termasuk saat kasus Ahok didorong segera diproses pengadilan. Bahkan, Kapolri sendirilah yang memberi diskresi agar stabilitas bisa dijaga.
Novel Bamukmin mengatakan "...MCA asli itu melawan hoaks dan berakhlak, bukan malah bikin hoaks..."
Ya secara tidak langsung bilang, yang ditangkap itu gadungan dan cuma bayaran saja. Kasihan sungguh kasihan sudah ditangkap tidak ada yang mau dengan jantan membela. Seperti halnya kemarin ketika HRS akan pulang, jika Anies Baswedan yang memanggil pulang. Ya tidak akan terjadi. Karena begitu membela ia pun terlibat.
Yuk bangun dan kritik yang membangun. Jika susah minimal janganlah menulis umpatan dan hinaan. Jangan mengganti identitas dengan sesuatu yang menyakitkan seperti gubernur ASU, presiden kecebong, dan sejenisnya. Bersikaplah obyektif, jangan haramkan diri mengapresiasi yang positif, jangan ragu mengkritik yang negatif. Karena setelah coblosan siapapun anda harus mendukung pemimpin agar sama-sama beroleh kemakmuran.
Sigit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H