Mohon tunggu...
Fitya Faiqatus Syahidah
Fitya Faiqatus Syahidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Melihat sisi positif dalam setiap situasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Toleransi Antaragama di Era Majapahit

20 November 2024   19:40 Diperbarui: 20 November 2024   20:17 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Meskipun Majapahit dikenal sebagai kerajaan Hindu-Buddha, Islam mulai berkembang pesat di wilayah-wilayah pesisir pada abad ke-14 dan 15. Pedagang Muslim yang datang dari Gujarat, Persia, dan Arab membawa ajaran Islam ke Nusantara, termasuk ke wilayah kerajaan Majapahit. Di kota-kota pelabuhan, seperti Surabaya, Tuban, dan Demak, masyarakat mulai mengenal ajaran Islam.

Beberapa sumber sejarah mencatat bahwa ada sejumlah pejabat Majapahit yang menunjukkan ketertarikan terhadap Islam, dan beberapa di antaranya bahkan diduga memeluk agama Islam di akhir hidupnya. 

Meskipun Islam belum menjadi agama dominan di Majapahit, proses akulturasi budaya dan agama terus berlangsung dengan damai. Para pedagang Muslim yang datang ke Majapahit sering kali diterima dengan baik dan tidak mengalami diskriminasi. Sebagai contoh, beberapa tokoh penting dalam sejarah Islam di Indonesia, seperti Sunan Ampel, memiliki hubungan dengan Majapahit.

4. Kehidupan Sosial dan Budaya yang Harmonis

Salah satu aspek penting dari toleransi beragama di Majapahit adalah kehidupan sosial dan budaya yang harmonis. Majapahit tidak hanya dikenal sebagai kerajaan yang kuat secara militer, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan yang mencakup seni, arsitektur, dan sastra. Kehidupan budaya di Majapahit menggambarkan adanya interaksi antara berbagai agama dan kepercayaan.

Misalnya, dalam seni dan arsitektur, banyak bangunan yang menunjukkan pengaruh agama Hindu dan Buddha, seperti Candi Penataran dan Candi Bajang Ratu. Namun, dalam seni sastra, terdapat pengaruh Islam yang terlihat dalam karya-karya sastra yang menggunakan bahasa Jawa dan Melayu. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun agama-agama besar seperti Hindu dan Buddha mendominasi, Islam dan budaya lokal tetap dihargai dan diterima.

5. Sikap Toleransi dalam Tradisi Keagamaan

Di Majapahit, meskipun agama Hindu dan Buddha menjadi agama resmi kerajaan, masyarakat tetap memiliki kebebasan untuk mempraktikkan agama mereka masing-masing. Toleransi ini tercermin dalam berbagai praktik keagamaan, termasuk upacara keagamaan yang melibatkan berbagai elemen budaya. Misalnya, di beberapa daerah Majapahit, upacara adat dan keagamaan Hindu dan Buddha dijalankan berdampingan dengan kepercayaan animisme dan Islam.

Selain itu, kerajaan Majapahit juga dikenal dengan sistem pemerintahan yang mendukung keberagaman. Para penguasa Majapahit tidak hanya mengedepankan agama resmi mereka, tetapi juga menciptakan ruang bagi budaya dan agama lain untuk berkembang dengan bebas.

6. Tantangan dan Akhir Kejayaan Majapahit

Meskipun Majapahit berhasil mempertahankan toleransi antar agama untuk waktu yang lama, pada akhirnya kerajaan ini menghadapi tantangan besar, terutama dalam menghadapi serangan dari kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak. Peralihan kekuasaan ini menandai awal dari dominasi Islam di Jawa, meskipun jejak-jejak Hindu-Buddha masih terlihat dalam budaya Indonesia hingga saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun