Mohon tunggu...
Fitriyani
Fitriyani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

gw simple n apa adanya...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Dipaksa untuk Terpaksa (Part 1)

4 Juli 2012   16:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:17 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya 2 bulan rumah indah yang nyaman itu aku tinggali sebelum akhirnya di persidangan keluarganya aku divonis pahit tidak dapat tinggal lagi disana, dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal. Mau tahu rasanya, seperti baru bebas dari penjara ternyata harus dipertimbangkan kembali kasusnya kalah banding dan kembali ke bui. Halo apa kabar jeruju besi penuh basa-basi...?

Dan kutata kembali hidupku menjadi lebih sukses, dan berusaha menerima keadaan ini dengan lebih baik lagi, dengan penuh sabar dan brusaha kuat. Ku ikhlas untuk terima takdir ku harus tinggal dengan ibu belahan jiwaku itu. Aku nikmati hari, hingga keselitan emenimpa kembali kakak lainnya yang dahulu bergelimang mewah dan sukses kini kembali harus menelan pil pahit kehidupan, memaksanya datnag kembali ke rumah masa kecilnya, tinggal bersama ibu dan adik laki-laki tercintanya. Dan..... bersama aku.... Tuhan, semua ikhlas dan rela itu pergi seketika... Aku yang telah berusaha dan berupaya untuk menciptakan kenyamananku dalam hidup dan menerima takdirku dengan penuh ihkhlas ini ternyata belum lolos uji juga untu boleh meninggali rumah sendiri.

Permasalahan barang pecah belah, mainan anak yang tercampur, sapu , kamar sampai urusan ranjang yang terbatas dan segala hal yang tidak perlu diperdebatkan menjadi harus terbahas, panjang dan akh... aku lelah... Tuhan...

sekarang dalam rumah yang kecil ini, yang dulunya nyaman ada banyak kepala yang berbaur, ia jika mereka senang sesama keluarga berkumpul, tapi aku....??? Tuhan... sekali lagi dan entah yang ke berapa... bebaskan aku untuk dapat menikmati sisa hari umurku yang engkau pinjamkan untuk bahagia dan mempunyai tempat peraduannya sendiri. Untuk segala tangis yang tertahan agar bisa terlampiaskan tanpa harus membekap wajah dalam bantal, tanpa harus menahan perkataan dengan nada tinggi, tanpa harus terbatas jam tidur dan menonton televisi, juga bebas 'naik ranjang' kapan saja tanpa rasa malu khawatir gaduh dan.... Tuhan... kirimkan rumah itu untukku, semoga kredit rumah ku berhasil lolos, tanpa ada kurangnya, developer yang baik-baik saja.... Amin...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun