Baru-baruini ramai orang mencari informasi terkait asam sulfat, bahkan tercatat padaselasa (5/12) asam sulfat menjadi trending ke-3 di twitter dengan 30,2 ribupostingan beredar.Â
Halini merupakan buntut dari pernyataan cawapres nomor urut 2 yaitu GibranRakabuming Raka yang salah sebut asam folat menjadi asam sulfat untuk kebutuhanibu hamil ketika sosialisasi program penanganan stunting di Jakarta dan diTangerang.
Lalu,apa itu asam sulfat dan bagaimana dampaknya bagi kesehatan ? benarkah asamsulfat dibutuhkan sebagai asupan bagi ibu hamil?
Mengenal Asam Sulfat
Melansirdari laman JurnalPPNS, Asam sulfat,yang merupakan asam mineral yang sangat kuat, dapat larut dalam air pada segalaperbandingan.Â
Paparan asam sulfat dapat menimbulkan sensasi terbakar yang intens padakulit, mata, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan, serta dapatmenyebabkan kejang-kejang. Selain itu, paparan asam sulfat pada tingkat 0,45mg/m3 selama 16 menit dapat meningkatkan resistansi saluran nafas padapenderita asma.
Asamsulfat memiliki karakteristik tanpa bau, tanpa warna, dan dapat larut dalamair. Zat ini umumnya digunakan dalam berbagai industri kimia dan manufaktur,seperti dalam pembuatan pupuk, aki, pulp, dan kertas.
Asam sulfat juga dimanfaatkan sebagai bahan pembuat deterjen, larutanaerosol, pembersih kamar mandi, dan obat-obatan. Namun, penting untuk dicatatbahwa asam mineral anorganik ini memiliki tingkat keberacunan yang tinggi bagitubuh manusia.
Mengutipdari laman Kompas.com, paparan asamsulfat melalui inhalasi atau kontak langsung dapat menyebabkan efek sistemik.Dampaknya termasuk rasa mual, sakit kepala, kelelahan, dan potensi gangguanorgan dalam pada tubuh.
Memicu risiko kanker
Asapdan uap asam sulfat dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, yangmengakibatkan batuk, sesak napas, dan iritasi tenggorokan.
Dalamsituasi yang parah, inhalasi asam sulfat dapat menyebabkan edema paru-paru,suatu kondisi di mana terjadi penumpukan cairan di dalam paru-paru.Â
Berdasarkanpenelitian jangka panjang, asam sulfat dapat meningkatkan risiko kanker,terutama kanker paru-paru dan saluran napas.
Tentuhal ini bertolak belakang dengan pernyataan Gibran yang menyarankan pengecekankebutuhan asam sulfat bagi ibu hamil, perlu diingat bahwa bahan kimia ini tidakboleh masuk ke tubuh, terutama bagi ibu hamil, karena dapat membahayakan janinyang sedang dikandung.
Berdasarkanlaman Viva.co.id terkait standarpaparan asam sulfat. Safe Work Australia menetapkan standar paparan asamsulfat untuk kontaminan udara. Rata-rata tertimbang waktu (TWA) maksimum selamadelapan jam adalah 1 mg/m3, sementara batas paparan jangka pendek maksimum(STEL) adalah 3 mg/m3. Penting untuk dicatat bahwa standar ini hanya berlaku dilingkungan kerja dan tidak terbatas pada industri atau operasi tertentu.
Seiringdengan meningkatnya minat dan perbincangan tentang asam sulfat, penting bagikita untuk memahami dampak kesehatannya.
Terlepasdari pernyataan kontroversial, fakta menunjukkan bahwa asam sulfat bukanlahkebutuhan untuk ibu hamil, melainkan dapat menjadi pemicu kanker dan memilikipotensi berbahaya bagi kesehatan secara umum.
Paparanasam sulfat, baik melalui udara atau kontak langsung, dapat menyebabkan efeknegatif pada sistem pernapasan, serta meningkatkan risiko kanker, khususnyapada paru-paru dan saluran napas.Â
Denganmelihat potensi risiko kesehatan yang terkait dengan penggunaan asam sulfat,disarankan untuk lebih hati-hati dalam penggunaan dan penanganan bahan-bahanyang mengandung asam sulfat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H