Memungut Doa
Pagi datang mengetuk pintu hati yang paling keras,
tertutup rapat-rapat.
Menyampaikan salam yang tak terjawab
hingga embun lenyap,
saat mentari hinggap di pohon kemboja
yang kering setelah musim penghujan.
Waktu mengubahnya.
Nama yang mekar berkali-kali sebenarnya
sudah berjanji untuk menemui pagi tepat waktu.
Sebelum azan Subuh,
diharap tertanam dalam tubuhnya segala waktu
dan hati yang terbuka untuk segala musim dan detik.
Puasa tiba. Ia ada di mana-mana.
Nama memungut doa
untuk ditiup di tiap pagi yang buta.
2022
#
Menjadi Jejak
Ia dalam sepi
bercakap dengan tubuhnya sendiri.
Mengingat pergerakan waktu sampai di titik ini
dan jatuh pada segelas kopi.
Tak ada jawaban,
karena pagi menjadikan tubuhnya pergi.
"Pada akhirnya kau harus membebaskan tubuhmu,
terdiam atau bergerak.
Mengikuti ritme yang akan menjadi jejak,"
kata pagi yang jenuh dengan rutinitasnya setiap hari.
2022
#
Daun, Rumput, dan Padi Berpuasa
Daun, rumput, dan padi ikut berpuasa
sejak kemarin lusa.
Belajar ia menjadi yang lemah,
agar terbiasa
melewati masalah dengan mudah.
Sementara tak butuh hujan,
tak butuh air.
Biarkan dahaga menjadi makna,
menjadi cerita
untuk pesta saat petang tiba.
2022
#
Jika
Jika pagi sudah tiba,
matahari tetap sama,
jangan hentikan langkah
untuk detik yang tak pernah
mengalah.
Larutkan semua mimpi pada setiap garis cahaya.
Berjuang untuk masa yang akan tiba,
namun jangan lupa
rayakan hari ini dan setiap yang ada.
2022
#
Saat Sepi
Saat sepi tiba,
ia kerap melepas tubuhnya.
Mengajaknya berbicara
sampai subuh tiba.
2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H