Mohon tunggu...
Fitri Yulinnadhiroh
Fitri Yulinnadhiroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

INFP

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Salah Satu Penyebab Mahasiswa Mengalami Burnout yang Sering Dianggap Sepele

3 Juli 2022   23:20 Diperbarui: 4 Juli 2022   02:32 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahasiswa sering mengalami stress saat menjani masa perkuliahannya. Hal tersebut dipicu karena banyak faktor, misalnya sulitnya memahami materi perkuliahan maupun tugas dari dosen.  Menurut studi Healt Line, pada 2021 tercatat 40% mahasiswa mengalami burnout. Ketika sedang mengalami burnout, mahasiswa akan melakukan sesuatu hal yang membuat dirinya bisa senang. Misalnya dengan bermain sosmed, game, rebahan dan lain sebagainya

Namun, Hal tersebut merupakan kesenangan instan yang dapat menimbulkan efek buruk kedepannya. Ketika sedang mengalami stress mahasiswa akan memilih untuk meninggalkan pekerjaannya dan mencari kesenangan lain. Padahal kesenangan tersebut hanyalah sesaat serta telah menunda mereka dalam menyelesaikan tugasnya. Yang pada akhirnya  tugas tak kunjung selesai dan efeknya akan berdampak pada terjadinya burnout. Karena secara tidak sadar waktu mereka telah terbuang sia-sia untuk hal-hal yang tidak penting, namun kenyataannya tidak ada perkembangan dari pekerjaannya.

Hal ini dipicu adanya homon dopamine yang terdapat dalam otak kita. Hormon dopamine berfungsi memberikan sensasi rasa bahagia, senang, dan merasa lebih fresh (Diana dkk, 2016). Dengan kesenangan instan seperti menonton youtube, mendengarkan musik, bermain sosmed itu telah menciptakan dopamine, tetapi dari kesenangan instan tersebut, otak kita akan terbiasa merespon bahwa untuk mendapatkan kesenangan tidak perlu melakukan effort yang besar. Dari sini tentu akan mengganggu produktivitas kita. Kita akan kehilangan hasrat/motivasi untuk mencapai suatu hal.

Maka perlu adanya dopamine detox, maksudnya dengan mereset kembali otak dari kesenangan-kesenangan instan yang memiliki dampak negatif.  Dopamine detox adalah tentang bagaimana kita menghindari dorongan-dorongan yang akan membuat terlena. Apa saja yang perlu dilakukan,yaitu dengan hindari cara-cara gampang untuk mendapatkan kesenangan instan, selesaikan terlebih dahulu pekerjaan yang ada serta jauhkan segala sesuatu yang menimbulkan kesenangan instan, seperti bermain game, sosial media, mendengarkan musik, dan lain sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun