Mohon tunggu...
Fitriyona Novi Adelia Lubis
Fitriyona Novi Adelia Lubis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya seorang mahasiswa yang memiliki minat dalam berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjelajahi Warisan Melayu di Museum Sang Nila Utama: Sejarah, Budaya, dan Generasi Muda

3 Januari 2025   20:30 Diperbarui: 3 Januari 2025   20:29 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada awal berdirinya Museum Sang Nila Utama bernama Museum Negeri Provinsi Riau. Latar belakang berdirinya Museum Sang Nila Utama sebagai salah satu usaha pemerintah pusat dalam bidang kebudayaan. Tujuannya supaya setiap provinsi memiliki museum negeri.

Selain itu, wilayah Riau memiliki kekayaan budaya yang beranekaragam, seperti hasil alamnya maupun keberadaannya sebagai pusat Kerajaan Melayu. Dengan kekayaan yang dimiliki, Riau memiliki benda-benda bukti materiil yang merupakan hasil sejarah manusia serta alam yang perlu dilestarikan. Maka pada tahun 1975, sejalan dengan perubahan instansi Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menjadi kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau.

Upaya perintisan mendirikan museum di wilayah ini mulai dilakukan, antara lain dengan membentuk Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan. Badan tersebut untuk membina museum yang telah mulai melakukan pengadaan dan mengumpulkan benda-benda peninggalan sejarah dan budaya. Pembangunan gedung dilakukan sekitar tahun 1979/1980 dengan membangun gedung perkantoran. Selanjutnya, Pembangunan gedung untuk memenuhi ruang pameran tetap maupun auditorium.

Museum Negeri Provinsi Riau ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kabudayaan Nomor 001/0/1991 tanggal 9 Januari 1991. Berdasarkan Peraturan Provinsi Riau Nomor 17 Tahun 2001 Museum Negeri Provinsi Riau berganti nama menjadi Museum Daerah di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan, Kesenian, dan Pariwisata Provinsi Riau. Nama museum berganti lagi menjadi Museum Sang Nila Utama di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan Provinsi Riau pada tahun 2007.

  • ASAL-USUL NAMA MUSEUM SANG NILA UTAMA

Pemilihan Sang Nila Utama sebagai nama museum melalui diskusi panjang Dalam Sulalatus Salatin, karya dalam bahasa Melayu, Sang Nila Utama disebutkan sebagai putra dari pasangan Sang Sapurba dengan Wan Sundaria (anak Demang Lebar Daun, penguasa Pelembang). Sang Nila Utama menikah dengan Wan Sri Beni. Sang Nila Utama menjadi raja di Bintan (saat ini wilayah Kepri) sebelum pindah ke Singapura. Banyak yang menyakini, Sang Nila Utama adalah orang yang mendirikan Singapura yang dahulu bernama Tumasik (Temasek).

  • KOLEKSI MUSEUM SANG NILA UTAMA

Museum Sang Nila Utama telah memiliki koleksi sebanyak 4.195 buah pada tahun 2005.Setiap lantai memuat koleksi yang berbeda-beda. Lantai satu terdapat koleksi berupa pajangan sumber daya alam Riau yang terkenal, yaitu minyak bumi dan replika istana kerajaan di Riau, serta prasasti yang ditemukan di Riau. Prasasti yang terpajang seperti Prasasti Pasir Panjang yang berisi pemujaan terhadap Shidarta Gautama. Ada juga replika Candi Muara Takus yang konon merupakan candi pertama di Indonesia. Koleksi lain berupa replika perahu khas Riau, replika rumah adat yang terbuat dari kayu, dan hewan endemik Riau (Harimau Sumatera dan Beruang Madu. Terpajang juga, koleksi pakaian pengantin di Riau yang berbeda di setiap kabupaten. Replika pelaminan dan kamar tidur pengantin juga menjadi salah satu benda koleksi.

Lantai dua museum merupakan ruang pamer yang berisi sejarah Riau. Ada foto-foto rumah adat melayu Riau (yang saat ini sudah sangat sulit ditemukan), foto-foto para pejuang, tokoh-tokoh budayawan Riau, dan foto 10 gubernur Riau dari tahun 1953-2013.Koleksi lain berupa guci-guci dari Cina dengan kurun waktu sekitar abad ke-15 Masehi yang ditemukan di bawah laut. Ada juga benda-benda Kerajaan Melayu yang pernah jaya di Riau, seperti kait kelambu dari perak, caping berbentuk hati sebagai penutup alat kelamin wanita, serta sepeda ontel. Dalam ruangan tersebut juga terdapat benda-benda peninggalan Belanda, seperti tustel, senjata api, teropong, hingg telephone engkol. Koleksi lain berupa wayang-wayang dan topeng yang biasa ditemukan di Jawa.

  • SIMPULAN

Museum Sang Nila Utama di Pekanbaru, Riau, merupakan saksi sejarah dan budaya Melayu yang kaya, sekaligus potensi besar sebagai pusat edukasi generasi muda. Dengan koleksi artefak tradisional, peralatan sehari-hari, pakaian adat, hingga replika benda bersejarah seperti Lancang Kuning dan Candi Muara Takus, museum ini menghadirkan perjalanan waktu yang mendalam. Meski sering dianggap ketinggalan zaman, museum ini menawarkan pengalaman belajar yang interaktif dan kreatif melalui desain ruang atraktif dan program edukasi.

Didirikan sebagai Museum Negeri Provinsi Riau pada 1975, dan berganti nama menjadi Museum Sang Nila Utama pada 2007, museum ini bertujuan melestarikan budaya Melayu dan memperkenalkannya kepada generasi penerus. Nama museum ini diambil dari tokoh sejarah Melayu, Sang Nila Utama, yang dikenal sebagai pendiri Singapura.

Dengan lebih dari 4.000 koleksi, museum ini tidak hanya menampilkan kekayaan budaya Riau, tetapi juga menyimpan artefak sejarah global, seperti guci dari Cina abad ke-15 dan peninggalan Belanda. Museum ini juga menjadi ruang refleksi nilai tradisional yang relevan dalam kehidupan modern. Dengan pendekatan inovatif, Museum Sang Nila Utama memiliki peluang besar untuk menjadi destinasi favorit anak muda, menghubungkan mereka dengan warisan budaya lokal sambil memperkuat rasa kebanggaan terhadap identitas bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun