Mohon tunggu...
Fitri Yenti Dirta
Fitri Yenti Dirta Mohon Tunggu... -

Traveler | Sunset Seeker | Volunteer | Human Resources |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Asean Literary Festival 2015 dalam Kaca Mata Relawan

30 Maret 2015   17:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:47 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi bagian dalam sebuah event sastra tingkat ASEAN tahun ini adalah sebuah kehormatan bagi saya. Dipilih panitia menjadi volunteer membuat saya harus berkomitmen penuh sebagai volunteer yang bertugas di divisi program. Komitmen karena saya adalah orang kantoran yang terikat jam kerja senin-jumat jam 09.00 – 17.00 WIB, tidak seperti volunteer lain yang waktunya fleksibel.

Hari Sabtu datang agak pagi, ketika morning briefing salah seorang panitia meminta saya menjadi Penanggung jawab Panggung Utama (Main Stage). Apapun tugas harus dilaksanakan dengan baik. Ada tiga sesi bersambung di Main Stage hari itu. Diskusi sesi pertama di Main Stage berjudul “ Digital Generation Tells Their Stories”. Materi diskusi dibawakan oleh novelis dan penyair-penyair muda yang sedang naik daun seperti Bernard Batubara, Adimas Immanuel dan Rio Johan. Sesi diskusi ini menghadirkan Program Director ALF yang juga seorang novelist Okky Madasari sebagai Moderator.

Ketika mengemban tugas ini, saya langsung mencari empat orang yang akan mengisi acara itu, memastikan mereka tepat waktu datang ke panggung, menyiapkan tempat, mengatur lay out, dan berkordinasi dengan rekan volunteer lainnya mengenai konsumsi, check sound, tenda, tempat duduk dan hal lain nya. Sesi diskusi ini cukup ramai, karena banyak dihadiri oleh anak-anak muda pecinta tiga orang nara sumber yang memang dari segi wajah ganteng dan cute. Dan dari sisi karya, mereka adalah narasumber yang memiliki karya dengan kualitas yang terbaik. Mereka adalah sastrawan muda terbaik yang dimiliki oleh Indonesia saat ini. Di saat anak muda bangsa ini masih bersenang-senang dengan banyak hal, mereka sudah memiliki kiprah di dunia sastra Indonesia. Tiba-tiba teringat, kemana aja ya saya usia segitu. Ya sama, masih bersenang-senang dengan dunia sendiri.

Sesi selanjutnya tidak ada jeda istirahat, tepat jam 14.00 WIB diskusi selanjutnya yang berjudul “Database Making and Documentation of Literary Work”. Salah seorang pembicara adalah Mas Valent dr ID Writer. Alhamdulilah saya sudah pernah bertemu dan berdiskusi dua kali dengan beliau, jadi saya sudah mengenalinya. Dua pembicara lainnya dari Rumah Pembaca Indonesia yg diwakili oleh Mas Damar Juniarto dan Murmur House yang diwakili oleh Rain Chudori yang usianya masih belia. Bang Damhuri sebagai anggota Steering Committee didapuk untuk menjadi moderator di acara diskusi ini.

[caption id="attachment_358154" align="aligncenter" width="300" caption="Bang Damhuri sebagai moderator"][/caption]

Hari cukup terik ketika acara ini dimulai tepat jam 12.00 WIb Sabtu itu, dan saya sudah cukup kelelahan. Tapi semangat dan komitmen yang masih ada di hati membuat ini harus selesai dengan baik. Saya masih bolak balik ke area Selasar dan Teater Kecil, karena sesungguhnya saya sudah mengincar menjadi peserta diskusi untuk acara diskusi yang dihadiri oleh Clara Ng, novelist favorit saya sebelum saya dipilih menjadi Volunteer.

Sesi ketiga di Panggung utama adalah sesi yang paling menyentuh, karena sesi ini mengambil tema diskusi “The Voice of Diffable People” . Ahh betapa mengharukan bersama rekan-rekan kita ini, sebagai pembicara ada Sign Marks dan Komunitas Kartunet. Moderator untuk diskusi ini adalah Mr. Low Kok Wai, atau biasa disapa dg Mr. Wai. Sebagai moderator beliau sangat peduli dengan rekan-rekan kita ini dari sisi kenyamanan mereka berdiskusi. Hal ini terbukti dengan diskusi saya dengan beliau mengenai layout di atas panggung, dan teman-teman yang hadir nanti. Tidak dipungkiri banyak sekali peserta diskusi sesi ini, bahkan seorang rekan yang diffable naik ke panggung untuk menyanyikan salah satu lagu kesukaan nya. Dari belakang kursi peserta, tak terasa air mata saya menetes di pipi seraya berkata “terima kasih tuhan kau hadirkan aku disini untuk mensyukuri karunia yang telah kau berikan”

[caption id="attachment_358152" align="aligncenter" width="300" caption="Voice of Diffable Discussion"]

1427711460637720976
1427711460637720976
[/caption]

Acara sesi diskusi di panggung utama sore itu selesai. Relawan, pembicara, moderator sangat kooperatif ketika di kontak. Saya sempat deg-degan karena tokoh-tokoh yang hadir di panggung utama Taman Ismail Marzuki hari itu adalah tokoh-tokoh ternama dari ranah sastra Indonesia dan saya banyak belum mengenali mereka.

Secara keseleuruhan Acara Asean Literary Festival 2015 ini menuai sukses, acara yang diselenggarakan dari 15 – 22 Maret 2015 ini membuka cakrawala sastra bagi anak-anak muda bangsa. Hal ini dibuktikan dengan relawan-relawan yang berasal dari mahasiswa. Muda, antusias, tulus dan kerja keras. Terimakasih rekan-rekan volunteer untuk kerjasama yang baik.

[caption id="attachment_358155" align="aligncenter" width="300" caption="From Mr. Wai"]

1427711615273590493
1427711615273590493
[/caption]

Terima kasih buat Asean Literary Festival 2015 untuk pengalaman berharga yang tak terlupakan, sampai jumpa di Asean Literary Festival 2016.

“Conscience doth make cowards of us all.” -William Shakespeare-

Tulisan ini diajukan untuk  "ALF2015 fun blog writing competition".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun