Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun telah aku lalui. Tidak terasa umurku sudah menginjak 18 tahun, dan hampir lulus sekolah menengah. Aku sekolah di MAN Bondowoso. Ujian kelulusan semakin dekat, aku berfikir berarti aku akan segera lulus, dan akan mengecam pendidikan yang baru, yakni ke jenjang lebih tinggi. Aku berfikir tentang cita-cita ku menjadi bidan. Aku sudah merencanakan akan kuliah di bidang kesehatan, dan mendaftar di sebuah sekolah tinggi kesehatan, akhirnya aku memilih salah satu sekolah tinggi yang ada di Jawa Timur.
Pengumuman kelulusan sudah tiba, alhamdulillah aku dinyatakan lulus. Setelah pengumuman itu, selang beberapa hari aku langsung mendaftar ke sekolah tinggi tersebut dengan paman. Bolak-balik aku kesana untuk tes, mengetahui kelulusan tes, dan akhirnya aku lulus tes. Setelah pnegumuman lulus tes, aku diberi sebuah lembaran yang berkenaan dengan daftar ulang. Daftar ulang tersebut sebesar Rp. 17.000.000,-. Sebelum itu, aku sangat senang karena cita-cita aku terwujud menjadi seorang bidan. Mungkin buat orang kaya uang Rp. 17.000.000 bukanlah apa-apa tetapi buat keluarga q sangat besar. Nah, setelah mengetahui biaya sekolah bidan sangatlah besar aku menjadi tidak optimis, apakah orang tua aku bisa membiayai aku sampai lulus nanti?????. Orang tua aku bilang akan tetap diusahakan untuk membiayai aku. Tetapi aku terus berfikir, apa aku akan meneruskan sekolah disitu apa tidak????karena aku bingung, itulah cita-cita aku tetapi dilain pihak orang tua sangat berat membiayai sekolah aku. Karena pada saat itu orang tua aku teruz mendapat musibah sehingga tidak punya apa-apa lagi.
Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dan memilih intuk kuliah di tempat lain. Hati aku merasa sedih, kecewa karena memang mulai dari kecil aku mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang dokter atau seorang bidan. Tetapi aku tidak menyesal karena daripada membuat orang tua menjadi berat.
Setelah itu, aku jadi bingung karena pendaftaran di semua universitas negeri  sudah tutup. Aku memutuskan kuliah bareng dengan salah satu temanq, tetapi aku mendapat informasi bahwa ada program beasiswa dari Depag. Nah, aku langsung mencari informasi tentang beasiswa itu. Ada beberapa pilihan, di Jember, Surabaya, dan banyak dari daerah lainnya juga. Lalu memutuskan untuk mendaftar yang ada di Surabaya.
Setelah mendaftar, lalu aku mengikuti tes di Surabaya yakni di IAIN Sunan ampel. Pengumuman kelulusan sangat lama karena ditunda-tunda. Setelah lama menunggu, akhirnya pengumuman pun di beritahukan lewat internet. Aku dinyatakan lulus tetapi lulus cadangan. Waktu itu aku sedih sekali, aku sampai berfikir, apakan aku ini memang tidak ditakdirkan untuk melanjutkan mencari ilmu, apakah hanya sampai MAN saja????? Orang-orang terdekat aku menasehati aku, kalau memang rizkinya aku, aku pasti bisa masuk program beasiswa tersebut meskipun aku lulus cadangan. Akhirnya aku menelpon ke IAIN, aku disuruh kesana. Aku sangat senang karena akhirnya aku bisa masuk dan diterima. Aku sangat senang sekali karena akhirnya aku bisa kuliah juga meskipun ini semua bukan cita-cita aku.
Aku tidak menyangka sama sekali akan kuliah di IAIN, karena di dalam pikiran aku hanyalah menjadi seorang bidan. Tetapi setelah kejadian ini, aku bisa mengambil hikmah. Meskipun aku selalu berdo’a, berusaha, berencana, dan orang tua juga berdo’a dan berusaha untuk anaknya, tetapi kalau Allah tidak menghendaki maka tidak akan terjadi. Karena semuanya Allah yang mengatur dan takdir Allah. Aku yakin, inilah jalan yang Allah pilihkan untuk aku. Inilah yang terbaik yang Allah pilihkan. Aku sangat bersyukur pada Allah, karena Allah masih sayang sama aku. Sehingga aku sekarang sangat cinta pada bidang kuliah aku, yakni di bidang Sejarah dan Peradaban Islam. Aku sekarang mempunyai cita-cita menjadi seorang guru sejarah yang profesional. Mudah-mudahan terwujud, Amien....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H