Mohon tunggu...
Fitri Yanti
Fitri Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Model-model Pembelajaran

2 Desember 2024   14:04 Diperbarui: 2 Desember 2024   14:08 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Pengertian Model Pembelajaran
             Secara kharfiah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang di gunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan di konversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif (Meyer, W.J., 1985:2). Lalu apa yang dimaksud dengan model pembelajaran itu sendiri? Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain (joyce, 1992:4). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000:10) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah "kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar". Dengan demikian, aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
Rasional teoritis logis yang di susun oleh para pencipta atau pengembangnya;
Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan di capai)
Tingkah laku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat di laksanakan dengan berhasil;
Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000:9).
 Selain ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran menurut Nieveen (1999), suatu model pembelajaran di katakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. SAHIH (valid), aspek validitas di kaitkan dengan dua hal yaitu, (1) apakah model yang di kembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat; (2) apakah terdapat konsistensi internal.
2.  PRAKTIS, aspek kepraktisan hanya dapat di penuhi jika, (1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang di kembangkan dapat di terapkan (2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang di kembangkan tersebut dapat di terapkan.
3. EFEKTIF, berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter sebagai berikut, (1) ahli dan praktisi berdasar pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; (2) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang di harapkan.
Menurut Khabibah (2006), bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validitas di butuh kan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang di kembangkan. Sedangkan  untuk aspek kepraktisan dan efektivitas di perlukan suatu perangkat pembelajaran untuk melaksanakan model pembelajaran yang di kembangkan. Sehingga untuk melihat dua aspek itu perlu di kembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk suatu  topik tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang di kembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrumen penelitian yang sesuai dengan tujuan yang di inginkan.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus di pilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi pembelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dengan demikian, merupakan hal yang sangat penting bagi para pengajar untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model pembelajaran yang telah diketahui. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang guru dan dosen akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak kita capai dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang di harapkan.

B. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
             Bagi kita yang aktif dalam dunia pendidikan ataupun yang memiliki high responsibility tinggi terhadap dunia pendidikan pasti akan selalu mempertanyakan beberapa hal yang terkait langsung dengan dunia pendidikan, yaitu apa itu belajar, mengajar dan pembelajaran? Secara sederhana Anthony Robbins, mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Pandangan Anthony Robbins senada dengan apa yang di kemukakan oleh Jerome Brunner dalam (Romberg & Kapur, 1999), bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengkonstruksi) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dalam pandangan konstruktivisme 'belajar' bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada di luar darinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang baru.
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik di sengaja maupun tidak di sengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang di maksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu.
Apa hakikat mengajar? Unsur terpenting dalam mengajar ialah merangsang serta mengarahkan siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, serta ide dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkah laku dan  pertumbuhan siswa (Subiyanto, 1988:30). Cara mengajar yang baik merupakan kunci dan prasyarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik.
Apa pula yang dimaksud dengan pembelajaran? Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaktif berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah di tetapkan sebelumnya.

C.  Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran
             Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu:
1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
   a. Apakah tujuan pembelajaran yang                  ingin dicapai berkenaan dengan                      kompetensi akademik, kepribadian,              sosial dan kompetensi vokasional                 atau  yang dulu diistilahkan dengan                domain kognitif, afektif atau                                psikomotor?
    b. Bagaimana kompleksitas tujuan                     pembelajaran tujuan pembelajaran                   yang ingin dicapai?
    c. Apakah untuk mencapai tujuan itu                   memerlukan keterampilan akademik?
2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
    a. Apakah materi pelajaran itu berupa                fakta, konsep, hukum atau teori                      tertentu?
     b. Apakah untuk mempelajari materi                  pembelajaran itu memerlukan                           prasyarat atau tidak?
    c. Apakah tersedia bahan atau sumber-             sumber yang relevan untuk                                  mempelajari  materi itu?
3. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa.
    a. Apakah model pembelajaran sesuai                dengan tingkat kemenangan peserta             didik?
    b. Apakah model pembelajaran itu                       sesuai dengan minat, bakat, dan                      kondisi peserta didik?
    c. Apakah model pembelajaran itu                       sesuai dengan gaya belajar peserta                  didik?
4. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.
    a. Apakah untuk mencapai tujuan hanya          cukup dengan satu model saja?
    b. Apakah model pembelajaran yang                   kita  tetapkan dianggap satu-satunya           model yang dapat digunakan?
    c. Apakah model pembelajaran itu                       memiliki nilai efektivitas atau                           efisiensi?

D.  Ciri-ciri Model Pembelajaran
               Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori        belajar dari para ahli tertentu.
2. Mempunyai misi atau tujuan                             pendidikan tertentu.
3. Dapat dijadikan pedoman untuk                       perbaikan kegiatan belajar mengajar di        kelas.
4. Memiliki bagian-bagian Model yang             dinamakan:
     a. Urutan langkah-langkah                                      pembelajaran (konteks).
     b. Adanya prinsip-prinsip reaksi.
     c. Sistem sosial.
     d. Sistem pendukung.


 dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi:
     a. Dampak pembelajaran, yaitu hasil                  belajar yang dapat diukur.
     b. Dampak pengiring, yaitu hasil belajar            jangka panjang.
6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

E. Macam-macam Model Pembelajaran
                  Model pembelajaran kontekstual (contekstual )teaching and learning)
a. Konsep dasar pembelajaran kontekstual
Pembelajar kontekstual (contekstual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002).
Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan  jalan menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses.
b. Prinsip pembelajaran kontekstual
Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu:
Konstruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Oleh karena itu, dalam CTL, strategi untuk membelajarkan siswa menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan  dibandingkan dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap seberapa banyak pengetahuan yang harus diingat oleh siswa.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberi penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.
3. Bertanya (Question)
Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan dengan baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktifitas pembelajaran.
4. Masyarakat belajar
Masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya.
5. Pemodelan (Modelling)
Kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan  membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.
6.      Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Pada saat refleksi siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be). Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya terjadi dan dimiliki ketika seorang siswa berada di dalam kelas, akan tetapi jauh lebih penting dari pada itu adalah bagaimana membawa pengalaman belajar tersebut ke luar dari kelas, yaitu pada saat dituntut menanggapi dan memecahkan permasalahan nyata yang dihadapi sehari-hari.
7.      Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Konsep Dasar pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok.
Nurulhayati, (2002;25-28), mengemukakan lima unsur dasar model cooperative learning, yaitu:
1. Ketergantungan yang positif,
2. Pertanggungjawaban individual,
3. Kemampuan bersosialisasi,
4. Tatap muka,
5. Evaluasi proses kelompok.
Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni :
1. Cooperative task atau tugas kerja sama.
2. Cooperative incentive structure, atau struktur intensif kerja sama.
Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila :
1. Guru menekankan pentingnya usaha             bersama disamping usaha secara                      individual.
2. Guru menghendaki pemerataan                      perolehan hasil dalam belajar.
b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
1.   Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim.
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditentukan dalam pembelajaran kooperatif.
3. Model  pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
a.    Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada (Tan, 2000).
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar,
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur,
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective),
B.  Peran Guru Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
1.  Menyiapkan Perangkat Berpikir Siswa
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk menyiapkan siswa dalam PBM adalah :
a.  Membantu siswa mengubah cara berpikir,
b.  Menjelaskan apakah PBM itu? Pola apa yang akan dialami siswa?,
c.  Memberi siswa ikhtisar siklus PBM, struktur, dan batasan waktu,
d.  Mengomunikasikan tujuan, hasil dan harapan,
2. Menekankan Belajar Kooperatif
Dalam proses PBM, siswa belajar bahwa dalam bekerja dalam tim dan kolaborasi itu penting untuk mengembangkan proses kognitif yang berguna untuk meneliti lingkungan, memahami permasalahan, mengambil dan menganalisis data penting, dan mengelaborasi solusi.
3. Memfasilitasi Pembelajaran Kelompok Kecil dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Kelompok kecil berkisar 1 sampai 10 siswa atau bahkan lebih sedikit dengan satu orang guru. Guru dapat menggunakan berbagai teknik belajar kooperatif untuk menggabungkan kelompok-kelompok tersebut dalam langkah-lngkah yang beragam dalam siklus PBM untuk menyatukan ide, berbagai hasil belajar, dan penyajian ide.
4. Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru mengatur lingkungan belajar untuk mendorong penyatuan dan pelibatan siswa dalam masalah. Guru juga memainkan peran aktif dalam memfasilitasi inquiry kolaboratif dan proses belajar siswa.
C.  Inti sari Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Ibrahim dan Nur (2002) mengemukakan tujuan PBM secara lebih rinci, yaitu :
1. Membantu siswa mengambangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah.
2. Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata.
3. Menjadi para siswa yang otonom.
3. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pembangunan suatu negara. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya peningkatan kualitas pendidikan yang sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi dapat meningkatkan martabat Indonesia di mata dunia. Peningkatan dan pembaharuan di dalam bidang pendidikan harus terus dilakukan agar tujuan utama dari pendidikan nasional Indonesia dapat tercapai. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dalam bidang pembaharuan model pembelajaran maupun pembaharuan dalam bidang teknologi media pembelajaran yang digunakan.
4. Model PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan


      PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipasif, aktif, kreatif dan ,menyenangkan.
Dalam model PAKEM ini, guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipasif, aktif, kreatif, dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.
5. Model Pembelajaran Berbasis WEB (E-Learning)
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya, maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web. Kemudian, yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan dan tidak terbatasnya tempat dan waktu untuk mengakses informasi. Kegiatan belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan di mana saja dirasakan aman oleh peserta didik tersebut. Batas ruang, jarak, dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan.
6. Model Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari mulai pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran.

                          BAB III
                     PENUTUP

A.Kesimpulan
         Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain (joyce, 1992:4).
Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu:
1.   Pertimbangan terhadap tujuan yang            hendak dicapai.
2.   Pertimbangan terhadap tujuan yang            hendak dicapai.
3.    Pertimbangan dari sudut peserta didik         atau siswa.
4.  Pertimbangan lainnya yang bersifat               nonteknis.
Dimana terdapat macam-macam model pembelajaran, di antaranya yaitu:
1.      Model Pembelajaran Kontekstual                (Contextual Teaching And Learning).
2.      Model Pembelajaran Kooperatif.
3.      Model  pembelajaran Berbasis                           Masalah (PBM).
4.      Model Pembelajaran Problem Based              Instruction (PBI).
5.      Model Pembelajaran Berbasis                           Komputer.
6.      Model PAKEM (Partisipatif, Aktif,                  Kreatif, dan Menyenangkan).
7.      Model Pembelajaran Berbasis WEB (E-Learning).
8.      Model Pembelajaran Tematik.

B.Saran
         Untuk guru dan calon guru yang nantinya akan melakukan pembelajaran di kelas semoga dengan membaca makalah ini guru dan calon guru lebih selektif dalam menentukan model pembelajaran yang akan di implementasikannya. Pemilihan model pembelajaran harus di sesuaikan dengan kurikulum, siswa, dan sarana dan prasarana sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun