Mohon tunggu...
Fitriyani Sinaga
Fitriyani Sinaga Mohon Tunggu... Jurnalis - PEMBELAJAR | Menulis bila Senggang | Pendaki Gunung | Ruanghutani.blogspot

Ketik saja nama lengkapku di Google, daripada kamu kepo lewat rubrik ini karena akun Kompasianaku banyak, bukan hanya ini. Hello, mari berbagi Informasi tentang Sosial, Kultur budaya, Hutan dan Lingkungan hidup. Saya Naga, seorang pembelajar yang menyenangi membaca dan menulis Jurnal ilmiah. Acap kali juga ngopi dengan penjaga toilet, satpam dan tukang parkir di pinggiran jalan . Kadang mendaki gunung dan memancing ikan dilaut. Masa kecilku Sering nongkrong di sawah bersama petani dan mengembala kerbau di Ladang. saya juga kadang senggang di ForesterAct.com| www.Kesah.id | Mongabay.id |www.Fkkm.org| CSF.or.id | Spotify.Ngaji budaya&Hamparan kata Fitriyani Sinaga| Kompas.id Fitriyani Sinaga| Times Indonesia.Fitriyani Sinaga| BorneoCorner.com| Kompasiana.Fitriyani Sinaga| Forest Space| Ruanghutani.blogspot.com| Kumparan.Fitriyani Sinaga | Youtobe Fitriyani Sinaga | Youtobe Borneocorner Creatif | Weibo akun.Nagaf3 | Bila sedih kadang berPuisi dan menulis cerpen untuk dimemgobati luka | YUK BERTEMU, LEBIH ASIK

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Episode 3: Akhir Datang dan Pergi

3 Maret 2021   01:18 Diperbarui: 21 Maret 2021   03:33 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teman lama memberikan tempat pada teman barunya, mungkin itu kata yang cocok untuk saat ini. Terlena? bukan, terlupa? bukan, tersisikan? itu juga bukan, lalu apa sebutnya jika tidak ketiga itu? Pembelajaran hal baru dalam kehidupan. Pengertianku dalam berteman, aneh mungkin jika ada yang mendengar tpi aku lah sang aneh itu.

Episode 1 : Perkenalan baca Cerita sebelumnya.  

"Episode 1: Perkenalan"

Episode 2: Pergi baca Cerita sebelumnya

Tak terasa perkenalan dengan pak tua memakan banyak purnama sehingga bosan berkunjung kedalam lingkaran itu, hingga suatu ketika pak tua tiba-tiba datang menemuiku meminta ijin untuk berpamitan.

"Haaaaah...." sontak ku kaget mendengarnya, dengan mata bingung dan mulut terbuka ku hanya diam.

"Hei kawan, apa kau masih d bumi? Masihkah kau hidup?" Pertanyaan konyolnya sering saja muncul tak ubahnya, sialan pak tua dan aku masih diam tak percaya dengan semua ini menunggu penjelasannya.

"Maafkan aku kawan terpaksa ku pergi kembali kedasar laut karna disitu lah asalku dan sebenarnya aku adalah dewa laut yang menjelma menjadi sosok cahaya tak jelas ini hahahaha...." jelasnya,

Lalu kusela pembicaraan saat dia tertawa "ooooh ternyata kau sang dewa, Kenapa kau datang ke daratan dan menemuiku? Kenapa kau tau tentangku? Apa maksut semua ini?" pertanyaan yang masih ku tak terima dengan apa yang dia lakukan.

Dengan senyum lebar dia menjawab pertanyaanku, "Dewa bumi lah yang mengutusku untuk menemuimu dan menemanimu selama ini. Terlalu banyak keluhan kesedihan kebohongan dan pengkhianatan yang kau lakukan selama ini.

Dalam naskah kuno para dewa tertulis bahwa akan ada seseorang yang mempunyai sifat kegelapan yang dapat menghancurkan apa yang lihat, ucap, dengar dan sentuh. Syukurlah sifat itu sudah hilang tak kau miliki lagi.

" Masihku tak percaya dengan yang dia ucap seperti cerita dongeng saja, "lantas jika penjelasanmu ini benar adanya, dimana sang dewa bumi? Dan dimana dewa-dewa yang lainnya?" pertanyaanku ini seketika seperti petir yang menyambar sang dewa laut, buatnya diam sesaat. Menangis hebat sang dewa laut sembari menjawab pertanyaanku,

"Dewa bumi sudah menghilang beserta dewa-dewa lainnya, mereka dijamah dan dicumbu manusia yang menjelma iblis pada saat kau belum tercipta." Seperti rotasi bumi mengelilingi matahari berputar-putar ku berpikir bingung dengan penjelasan semua ini.

 "Bukankah dewa tak bisa musnah? Jika dia dewa musnah lantas dewa ini apa." pertanyaanku itu pun keluar juga akhirnya.

"Dewa bukan Tuhan ingat dan catat baik baik. Kau akan mengerti arti dewa jika kau sudah mengetahui apa itu cinta dan damai." jelasnya sang dewa laut.

Kuterima penjelasannya sekarang dan kumasih tak terima jika sang dewa laut atau pak tua ini pergi. Setelah obrolan lama ini bercumbu begitu lama sang dewa memberi isyarat jika sebentar lagi dia pergi. Sang dewa memberi pesan kepadaku "kenali dirimu, kenali sekelilingmu dan kenali sejarahmu, maka kau akan tau tuhanmu.

" Tiba-tiba sang dewa laut itu menghilang bersama pesan terakhirnya dan tak tau bisa kembali lagi atau tidak.   Eps 3 "Akhir"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun