Mohon tunggu...
Fitriyah
Fitriyah Mohon Tunggu... -

Terus melangkah tanpa lelah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Ujung Keikhlasan

2 Mei 2016   23:44 Diperbarui: 2 Mei 2016   23:56 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Waalaikumsalam Ayah, Alhamdulilah Kabar Hana baik, ayah sendiri? “tanyaku balik

“Baik juga Nak, Ayah senang denger kabarmu baik disitu. Belajar yang rajin ya Nak, walaupun jauh dari orang tua, jangan lupa dengan sholat 5 waktunya, walau disitu kamu gak ada yang ngawasi tapi ada Alloh yang maha tau segalanya”. Perkataan Ayah menasehatiku.

Hana mengerti dengan sikap Ayahnya, mungkin orang tua Hana tidak terbiasa ditinggal oleh Hana, dan sangat menghawatirkan Hana.

“Iya yah sami’na waato’na”. Jawabku.

“Gini nak, Kamu kan sudah hampir wisuda tahun besok. Ayah berniat menjodohkanmu dengan anak teman ayah. Anaknya baik menurut ayah, sholeh dan cerdas. Temen Ayah sendiri itu Ustadz dirumahnya. Apa kamu menyetujuinya? Fikir-fikir dulu nak. Kalaupun kamu tidak mau juga Ayah tidak apa-apa” kata-kata Ayah yang mengagetkanku.

Saat itu Hana belum memberi jawaban. Malam itu begitu dingin bagi Hana, Angin berhembus kencang sampai menembus pada jendela yang saat itu Hana sedang termenung terbalut dengan kebingungan, Hana berfikir apakah Hana sudah siap menyongsong masa depan dengan membina rumah tangga dengan seorang lelaki pilihan Ayahnya. Setelah berfikir dengan sangat matang untuk beberapa hari ini akhirnya Hana dengan keikhlasan hatinya dan dengan mengucap bismillah memutuskan menerima tawaran Ayahnya.

Hari berganti hari, sang surya juga bergantian dengan bintang-bintang memamerkan cahaya indahnya. Hana lulus wisuda dan selang beberapa hari kemudian Hana melangsungkan pernikahan dengan seseorang pilihan orang tuanya. Pagi itu akad dilaksanakan dan kedua saksi berkata Sah. Sungguh gembira tiada tara hati Hana saat itu dipertemukan dengan imam hidupnya dan sah menjadi suami istri. Hari berikutnya kini Hana tinggal berdua dengan suaminya yakni Yusuf.

“Mas Ayo makan, Sarapannya sudah siap di meja makan”. Ajak hana

“iya dek, ini tinggal sedikit lagi mas menyelesaikan tugas mas”.

Kemudian mereka menuju meja makan

“Enak sekali masakannya dek!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun