“Sudah berapa halaman skripsi kamu?”, pertanyaan ini sering muncul dari orang-orang dekat bahkan pembimbing. Memang setiap universitas memiliki aturan tentang ketebalan minimal tugas akhir baik skripsi, tesis, maupun disertasi mahasiswa. Tetapi hal ini tidak boleh mutlak dijadikan acuan karena tidak ada korelasinya antara ketebalan tulisan dengan kualitas isi tulisan.
Saat sedang mengunjungi sebuah perpustakaan, saya mencoba membaca disertasi seorang doktor lulusan salah satu universitas ternama di Indonesia. Hampir sebagian besar isi di bab II disertasi itu adalah pindahan tulisan dari buku salah seorang professor yang saya kenal. Memang hasilnya tebal, hampir 300 halaman, tetapi tidak ada proses literature review di dalamnya, apalagi sampai menemukan state of the art. Justru yang saya tangkap adalah plagiarisme terang-terangan dan ketidak sopanan sang doktor.
Di era informasi seperti saat ini, proses menyalin sudah jauh lebih canggih lagi, bukan lagi membaca baru menulis atau mendengar baru menulis, tetapi tinggal dua kali klik copy-paste dan terpampanglah apa yang dicari, poles sedikit sudah jadi. Metode itu sangat membantu tugas para mahasiswa yang berpikir “yang penting tebel” meskipun berakhir gado-gado karena copas sana sini. Perilaku seperti ini sulit sekali dihindari, mirisnya kadang perilaku ini secara tidak langsung mendapatkan dukungan dari beberapa oknum dosen. Para dosen tersebut seringkali menilai tugas mahasiswa dari ketebalannya, kalau tebal A, kalau tipis B, kalau lembaran C, sehingga mindset tebal-tebalan ini sulit untuk dirubah.
Plagiator tak ubahnya seorang koruptor, mereka sama-sama melakukan manipulasi untuk memenuhi hasrat pribadinya. Bedanya, koruptor memanipulasi laporan keuangan negara, sementara plagiator memanipulasi hasil karya orang lain. Keduanya sama-sama menyakitkan dan merugikan pihak lain.
Korupsi ataupun plagiarism tidak perlu dihindari tetapi harus diberantas sampai akar-akarnya dan pelakunya dihukum seberat-beratnya. Karena meghindari kedua hal itu hanya akan meningkatkan kreatifitas para koruptor maupun plagiator dalam mencari celah aman namun tetap bisa mencuri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI