Mohon tunggu...
Fitriws
Fitriws Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

fitri menyukai siaran hoby

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Siswa SD di Gresik Ditusuk hingga Buta Pada Mata Kanan

8 Oktober 2023   20:27 Diperbarui: 8 Oktober 2023   20:28 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Perundungan Anak dibawah umur harus di awasi'

Gresik, [7 Agustus 2023]: Bullying di sebuah sekolah dasar (SD) di Gresik menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan masyarakat dan pihak berwenang. Kasus ini menyoroti pentingnya upaya pencegahan dan penanganan bullying di lingkungan sekolah untuk melindungi anak.

 Beberapa siswa  SD Gresik dikabarkan di-bully oleh beberapa teman sekelasnya. Kasus-kasus ini melibatkan berbagai bentuk  intimidasi, termasuk kekerasan verbal dan fisik. Orang tua korban telah memberi tahu pihak sekolah tentang kejadian tersebut dan berharap dapat diambil tindakan tegas  untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Sekolah telah menanggapi insiden ini dengan serius dan sedang melakukan penyelidikan internal. Mereka berjanji untuk bekerja sama dengan orang tua dan guru untuk menyelesaikan masalah ini secara adil dan transparan. Selain itu juga  meningkatkan program pelatihan anti-bullying dan meningkatkan pemahaman siswa akan pentingnya saling menghormati.

 Pihak berwenang setempat juga  terlibat dalam insiden tersebut dan  bekerja sama dengan sekolah untuk memastikan keselamatan anak-anak di sekolah. Direktur Pelayanan Diklat Gresik menyatakan berkomitmen menjaga lingkungan belajar yang aman dan mendukung pencegahan perundungan.

Kejadian ini menjadi pengingat bagi semua pihak akan pentingnya kesadaran dan tindakan bersama untuk mencegah perundungan di sekolah. Orang tua, guru, dan siswa diharapkan  bekerja sama untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan mendukung sehingga setiap anak merasa dihargai dan diberdayakan.

Korban mengalami trauma yang sangat parah hingga tidak berani  kembali bersekolah, bahkan psikolog menyarankannya untuk pindah sekolah ke lingkungan  baru.

 "Sudah sebulan lebih sejak bulan Agustus, anak tersebut belum bersekolah. Masih trauma," kata Nur Sholikoh, kakak laki-laki Samsul Arif, kepada  BBC News Indonesia Mochamad Sugiyono.

 Sementara itu, ayah korban, Samsul Arif mengaku menyerahkan diri ke polisi untuk proses hukum kasus tersebut. Samsul melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Gresik pada 28 Agustus 2021 karena mengatakan pihak sekolah tidak mau menyediakan CCTV pada saat kejadian karena adanya kerusakan.

Hariyanto, Kepala Dinas Pendidikan Gresik, berjanji akan menutup-nutupi perundungan  di SDN 236. Ia mengatakan, seluruh temuan investigasi akan dipublikasikan ke media publik agar tidak terjadi kesimpangsiuran.

 Ubaid Matraji, koordinator nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI),  menilai sanksi tutor saja tidak cukup. "Bagaimana sekolah menjadi tempat yang aman bagi anak-anak adalah tanggung jawab kepala sekolah. Kalau kepala sekolah tidak melindungi maka dia wanprestasi. Sanksinya harus berat, kata Ubaid Matraji kepada BBC News Indonesia, Rabu (20 September).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun