Mohon tunggu...
Fitri Suci
Fitri Suci Mohon Tunggu... Dosen - Belajar menulis

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Koin 200 Rupiah

17 September 2016   22:56 Diperbarui: 17 September 2016   23:41 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo kompasianer :)

Rasa-rasanya gatel sekali ingin nulis, walaupun tulisannya pasti ngalor-ngidul. Tulisan ini sih cenderung pada curahatan hati tadi malam sebelum pulang kos, rasanya capek sekali karena harus penelitian. Pulang dari kampus rasanya pingin cari yang manis-manis dan menenangkan, apalagi kalo bukan es coklat, dopamine dopamine dopamine, mood booster yeaaay. Kali ini yang mau dibahas bukan coklat sih tapi sepenggal kisah ketika saya beli es coklat tadi malam.

Selain gatel ingin nulis, sebenarnya sih ini juga lagi gatel beneran mungkin akibat stres, tapi harus cekidot dulu ke ahlinya biar tau asal usulnya hohoho. lah kita kembali ke judul, jadi ceritanya begini. tadi malam sekitar pukul 20.00-an saya pulang ke kos, tapi diperjalanan, saya kebayang-bayang es coklat, akhirnya saya memutuskan untuk mampir sejenak di es coklat dekat kos yang memang hits di kalangan mahasiswa. Memang murah sih es coklat seharga Rp. 6000.- untuk minuman secoklat itu. jadi ceritanya ya saya belilah es coklatnya, biasanya saya selalu siap sedia uang pecahan-pecahan kecil di dompet atau di kantong tas, tapi tadi malam rasanya beda. 

Selagi saya menunggu pesanan, saya mencari-cari uang pas di kantong, dan nyatanya hanya ada uang 2000an selembar dan beberapa koin. tetap kurang sih untuk menggenapkan jadi 6000. ya akhirnya saya mengeluarkan uang sebesar 50rb. Ketika saya membayar, mbaknya meminta jika ada 1000an saja biar  kembaliannya gampang gitu. Akhirnya saya ubek-ubek lagi isi tas, ternyata masih ada beberapa koin, dan genap 1000. Pas mau ngasih ke mbaknya ternyata uang koin 200 rupiahnya jatuh ke kolong gerobak T.T. 

Saya sempet mikir (" yaudahlah toh 200 ini"), karena masih ada koin 200an lagi di dompet dan agak ribet juga ngambil ke kolong gerobak saya putuskan untuk mengambil koin lain di dompet. Tak disangka bapak yang duduk sebelah saya malah mengambilkan koin yang terjatuh tersebut. Spontan saya mengucapkan terima kasih dan tidak menyangka itu terjadi. Saya jadi malu karena sempat berpikir untuk membiarkan koin tu terjatuh begitu saja. Akhirnya saya segera memberikan koin itu ke mbaknya. 

Malam ini, koin 200 rupiah membuat saya sadar bahwa besar kecil nikmat harus disyukuri, untuk kita mungkin 200 rupiah apalah artinya, namun bagi orang lain mungkin itu sangat berarti. Besar kecil itu hanya ukuran, segala sesuatu memiliki peran.  Walaupun tulisan ini apalah apalah semoga saja bisa dimengerti.

Bhaaaaay 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun