Mohon tunggu...
fitri siregar
fitri siregar Mohon Tunggu... -

model tak sexy, anti munafik, rindu kebebasan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

ARB Diuntungkan oleh Perseteruan Jokowi dan Prabowo

28 April 2014   13:38 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:07 1913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang pemilihan presiden 9 Juli 2014, saling jegal dan konfrontasi media terus berjalan antara kubu Prabowo dan kubu Jokowi. Jika keadaan seperti ini terus maka yang diuntungkan adalah capres dari Golkar yakni Aburizal Bakrie. Apalagi effect Jokowi tifak banyak membawa pengaruh bagi PDIP.

Timses ARB harus bisa memanfaatkan situasi ini, dengan catatan ARB selaku ketua umum Partai Golkar mampu meredam gesekan kecil di internal Partai Golkar itu sendiri agar kisruh tidak melebar. Untuk itu sebaiknya Golkar segera mengumumkan calon wakil presidennya jika mitra koalisi sudah terbentuk.

Perkembangan koalisi sampai hari ini, PPP dan PKB mulai merapat ke PDIP, sedangkan Gerindra menarik simpati PKS dan Hanura. Konflik terbuka antara Jokowi dan Prabowo jelas mempengaruhi pemilih di daerah, apalagi dipanaskan oleh berita berita di media PDIP sangat beruntung bisa menggandeng Nasdem dan Surya Paloh, karena bisa menggunakan media metro tv sebagai sarana pencitraan.

Disisi yang lain, partai Demokrat belum memutuskan akan berkoalisi dengan partai manapun. Karena baik Gerindra dan Golkar sudah mengklaim bertemu dengan elit Demokrat, namun sampai penutupan konvensi kemarin, ketua umum PD, SBY belum mengeluarkan statement tentang koalisi. Partai Demokrat tak mungkjn berkoalisi dengan PDIP karena relasi negatif antara Megawati dan SBY.

SBY sudah menegaskan pada close statement di acara konvensi bahwa Partai Demokrat tak mungkin mendukung partai politik yang memiliki landasan berbeda dengan Partai Demokrat lebih baik Demokrat berada di luar koalisi dengan berjuang membangun bangsa melalui cara yang baik daripada hanya menjadi parpol pelengkap koalisi.

Jika Gerindra masih terjebak pada perseteruan capresnya dengan Jokowi dan tidak intens melakukan lobi koalisi, maka yang terjadi Prabowo mungkin gagal mengikuti pemilihan presiden karena perolehan suara Gerindra tidak mencapai 20 persen yang menjadi batas untuk bisa mengajukan Presiden.

Dengan kondisi demikian, bisa saja partai-partai tengah akan merapat ke kubu Jokowi dan terjadi "kotak kosong", yakni rakyat dihadapkan pada pilihan antara memilih Jokowi atau tidak sama sekali. Namun sebaliknya, jika Prabowo lantang bersuara mencitrakan dirinya sebagai capres potensial, maka partai politik akan tertarik berkoalisi dengan Gerindra.

Yang menarik adalah pertemuan antara atasan dan bawahan, yakni Wiranto dan Prabowo di kediaman Wiranto di Cipayung Jakarta Timur. Sebab pertemuan ini bisa mencairkan suasana yang kurang harmonis di saat keduanya masih aktif dalam dinas militer dan punya keterkaitan dengan tragedi Mei 1998.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun