Mohon tunggu...
fitri siregar
fitri siregar Mohon Tunggu... -

model tak sexy, anti munafik, rindu kebebasan

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ide Oposisi Tenggelam dalam Gemerlap Koalisi

25 April 2014   15:10 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:13 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1398388204745785585

gbr aribicara.blogdetik.com

Wacana Oposisi tak segemerlap koalisi, lobi lobi koalisi antar partai politik masih terus berlangsung menyongsong pemilihan presiden (pilpres). Gaung oposisi tak sekencang dan tak se sexy koalisi. Prediksi terbaru dari hasil koalisi akan menghasilkan lima karya koalisi.

1. Poros PDIP (34,3 persen), terdiri dari PDIP, Nasdem dan PKB

2. Indonesia Raya (31,3 persen), terdiri dari PAN, PKB, PPP, PBB dan PKS

3. Poros Demokrat (45,11 persen), terdiri dari PD, PPP, PAN, PKS, PKB dan Hanura

4. Poros Amanat Indonesia Raya (19,27 persen) terdiri dari Gerindra dan PAN

5. Poros Karya Demokrat (29,84 persen) terdiri dari Golkar, Hanura dan PD

Ada dua yang mendasari para partai politik melakukan koalisi (1) adanya keseragaman niat dalam mengejar posisi kekuasaan (office seeking), (2) adanya kesamaan ideologi dan platformnya partai politik (policy seeking). Koalisi menjadi menu wajib dalam negara yang menganut multi partai termasuk Indonesia. Koalisi tak bisa dihindarkan dalam negara yang pemerintahan presidential maupun parlementer.

Makna oposisi seharusnya tidak dipahami sempit. Saat ini Oposisi hanya dianggap sebagai peran yang tak significant dalam sistem pemerintahan, padahal Oposisi bisa mengambil peran yang lebih besar dalam mendorong akuntabilitas pemerintahan dan perwakilan koalisi. Jika melihat dnegan kenyataan hari ini, PDIP sebagai oposisi tidak menjalankan peran tersebut, justru PDIP terjebak dalam pragmatis office seeking di parlemen.

Peran oposisi tidak terlalu kuat dalam mendorong akuntabilitas pemerintah, padahal posisi strategis ini bisa dioptimalkan oleh oposisi sebagai partner kontra yang saling membangun. Dengan demikian oposisi bisa ikut menciptakan pemerintahan yang efektif dan transparan. Optimalisasi peran oposisi di parlemen juga harus di maksimalkan sehinggga budaya keterbukaan (open government) dapat tercipta.

Jika melihat prediksi koalisi diatas, kemungkinan terjadinya oposisi ada, tetapi jumlah partainya kemungkinan tak smapai lima partai politik. Poros Demokrat, belum bisa dikatakan sebagai pemenang walau persentasenya sangat besar (45,11 %) karena pilpres bukan lagi memilih partai politik tetapi memilih figur capres, peluang Jokowi masih sangat besar. Tetapi yang perlu menjadi catatan keputusan politik SBY bisa saja merubah peta politik tanah air.

So, Koalisi atau Oposisi ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun