[caption id="attachment_298430" align="aligncenter" width="480" caption="Foto by Zofia Loren"][/caption]
Hujan mengguyur kota Jakarta seharian. Jalanan saat itu masih ramai, mobil dan kendaraan bermotor lalu lalang, tidak mengurangi kemacetan saat itu. Rumah pinggir jalan itu cukup sepi dihuni sepasang suami istri dan satu orang anaknya yang perempuan dan seorang cucu yang cantik hasil pernikahan putrinya.
Sore hari akhirnya hujan pun berhenti dan tidak sederas tadi,hanya masih menyisakan gerimis-gerimis yang mengenai kulit muka bagi para pejalan kaki yang terbebas dari pelindung payung ataupun jas hujan.
Terdengar suara bayi samar-samar di depan rumah, semakin lama semakin terdengar dengan jelas suaranya. Dengan penasaran Anak perempuan dari pemilik toko itu keluar dan bertanya
“Bayi siapa, kenapa dari tadi menangis terus tak berhenti-berhenti?”
“Tadi ada seorang pemuda menitipkan bayi ini, bersama satu tas kecil perlengkapan bayi dan disuruh untuk menunggu sebentar karena ada yang ketinggalan.” Sahut abang becak menjawab pertanyaan sambil menunjuk tas kecil itu.
Langit pun semakin gelap bukan dari efek hujan, karena hari telah berganti waktu terus bergulir menuju malam, pemuda itu pun tak kelihatan batang hidungnya, akhirnya bayi itu dibawa ke rumah anak pemilik toko.
Bayi perempuan yang cantik, dengan kulit yang putih kemerah-merahan dan terlihat rambutnya sedikit pirang.
Ditunggu sampai larut malampun tak datang juga pemuda itu, akhirnya bayi ini dilaporkan ke polisi setempat, hal ini untuk menghindari tuduhan-tuduhan yang tidak diinginkan dari lain pihak secara tiba-tiba. Singkat kata bayi ini jadilah diadopsi dan jadi cucu pemilik toko itu.
Tumbuh normal menjadi anak yang cantik, dengan rambutnya yang pirang kini lebih terlihat. Bibirnya merah terlihat, jelas kontras dengan kulitnya yang putih kemerah-merahan.
Usianya kini sama, mungkin terlihat seusia dengan cucunya dari anaknya yang pertama.
Anak pemilik toko sebut saja namanya Ibu Riris, kini mempunyai dua orang anak perempuan yang pertama bernama Sabrina dan adik adopsinya bernama Raina.
Ibu Riris sangat menyayangi Raina, kasih sayang sepenuhnya tercurahkan kepada Raina sejak bayi dan tumbuh menjadi balita yang lincah. Sabrina sendiri sudah menikah dan terpisah dari ibunya.
Raina kini tumbuh menjadi seorang remaja dan masuk salah sekolah SMP favorit di Jakarta.
Raina tumbuh dalam keluarga yang berbahagia, ada ayah dan ibunya yang selalu menyayangi dia.
Raina paling dimanja oleh ibunya. Saat Raina mau masuk SMU, ada hal yang tidak diinginkan, perceraian terjadi diantara kedua keluarganya, apalagi kalau bukan alasan yang klise. Tentu saja ada wanita lain sebagai penggoda ayahnya. Perceraian pun tidak bisa dihindarkan, antara bingung dan harus memilih dengan siapa akhirnya Raina ikut bersama ibunya.
Di Tahun pertama masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) proses belajarnya masih berjalan normal.
Setelah tempat diam berpindah-pindah kadang di Ibunya atau dibapaknya, ini menjadikan pelajaran sekolah sedikit terganggu. Kadang lebih lama berdiam diri di tempat ayahnya, karena di sana ada beberapa kawannya juga. Lokasi tempat tinggal ayah dan ibunya tidak berdekatan. Walaupun masih dalam satu kota yang sama, yakni Jakarta. Rasa cemas mulai timbul dalam diri ibunya, sudah lama anaknya ini tidak pulang dan kumpul bersamanya, was-was itu hilang kalau sudah ada kabar Raina ada di tempat ayahnya. Raina pernah hilang beberapa hari, ibunya merasa khawatir, sampai semua saudaranya yang dirasa dekat dan kalau tahu keberadaannya diminta segera menghubungi.
Dia pamit kepada ayahnya hanya untuk belajar bersama dan menginap dengan kawan-kawannya dalam beberapa hari. Tapi yang dikhawatirkan dia tidak bilang dimana tempat kawannya berada.
Akhirnya diapun pulang ke rumah ibunya, dan ingin tinggal lebih lama dengan ibunya sekarang.
Studi pun diselesaikan dengan baik dan bisa masuk juga ke salah satu Perguruan Tinggi Negeri masih di Jakarta juga tempatnya.
Ibu Riris menjadi lebih ketat dalam pengawasan putrinya ini, sampai akhirnya Raina memutuskan kembali ingin berdiam diri dengan ayahnya. Entah apa yang dipikrkan saat itu, mungkin dia merasa lebih bebas kalau berada dengan ayahnya, dan saudara-saudara tirinya.
Entah mulainya dari mana, dalam masa perkuliahan ini, Raina semakin hari semakin berbeda. Lebih membantah kepada ibunya. Suatu saat, ketika menghadiri pesta kawannya yang ulang tahun, saat itu pesta dirayakan disebuah cafe yang sudah tidak asing lagi banyak pemuda pemudi yang selalu nongkrong di sana, sebut saja daerah Jakarta Selatan.
Raina kedapatan menggunkakan narkoba jenis obat-obatan dan shabu. Sesuai prosedural dia pun ditahan di polsek setempat. Dengan sayangnya Ibu Riris mendatangi Raina, tak terbersit sedikitpun hal ini bakal terjadi sama anak yang ia manjakan bahkan ia sayangi melebihi anaknya sendiri.
Saat itu Raina tertunduk dan meminta maaf atas apa yang telah dilakukannya, dan bersumpah tak akan mengulanginya lagi. Proses masih berjalan, untuk meringankan hukuman atas apa yang dilakukannya, dengan rela ibu Riris mengeluarkan sejumlah uang puluhan juta rupiah. Raina hanya salah satu korban dari pengedaran Narkoba yang ada. Entahlah, masihkah hukum sekarang bisa dibeli? Semua orang pasti tahu untuk jawabannya. Penjara seolah-olah menanti Raina. Ibunya sangat sedih memikirkan hal ini. Sempat terpikir saat itu juga, ibunya akan memasukan Raina ke tempat Rehabilitasi Pengguna Narkoba, yang tak lain sebuah pesantren yang terletak dibagian Timur Jawa Barat.
Raina pun menyelesaikan kuliah dan menikah, dia dikarunia seorang putra yang berkulit putih, sayangnya walaupun tampilan fisiknya lebih terlihat normal, putranya harus tumbuh dan sekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB). Jadi kita bertanya sampai sejauh itukah Narkoba bisa menyerang bayi yang dikandung ibunya, hanya medis yang bisa membuktikan semua ini. Bukan hanya sekali dia harus berurusan dengan dunia hukum. Dua kali dia mengalaminya dalam hidup. Kini dia hidup normal seperti biasa, ada kakak dan ibunya yang selalu sayang padanya, walaupun Raina kini lebih banyak berdiam diri dan merasa malu kalau bertemu orang-orang dan tak banyak bicara.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H