Mohon tunggu...
Fitri Rahmatun
Fitri Rahmatun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Accounting

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Dampak Ekonomi Covid-19 terhadap "OMO Juice & Boba"

8 September 2021   23:20 Diperbarui: 8 September 2021   23:30 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di masa pandemi seperti sekarang ini ekonomi masyarakat sangat memprihatinkan. banyak karyawan pabrik maupun perusahaan yang terkena Pemberhentian Kerja Paksa (PHK) secara besar-besaran. Selain banyak karyawan yang kena PHK banyak juga usaha masyarakat yang mengalami penurunan secara drastis. Banyak dari mereka yang kehilangan pembeli karena para pembelinya harus menghemat uang demi bertahan hidup.

 Bahkan banyak usaha kuliner yang bangkrut karena sepi pembeli tetapi mereka sudah terlanjur memproduksi makanan jadi, tidak ada pemasukan yang membuat mereka kehabisan modal, tetapi ada juga penjual yang merubah sistem jualnya menjadi PO jadi menunggu ada pembeli memesan makanan dulu baru dibuatkan.

Selain itu banyak juga usaha mitra kecil menengah (UMKM ) yang mengalami penurunan pendapatan selama pandemi ini, sehingga mereka mencoba melakukan berbagai cara agar usahanya dapat terus bertahan selama pandemi ini karena sebagian orang itu menjadi pendapatan utama agar tetap bertahan hidup. 

Sama halnya seperti yang dilakukan oleh salah satu Usaha Mitra Kecil Menengah ( UMKM) yang berada di Tumpang lebih tepatnya di Pujasera Sadewa yaitu OMO yang menjual aneka minuman seperti boba yang bisa ditambah dengan berbagai topping contohnya nata de coco, oreo, keju, dan coklat, selain boba disini juga terdapat jus buah yang terbuat dari buah-buahan yang masih fresh dan menjual minuman-minuman kekinian lainnya. 

Selain menjual berbagai minuman, di OMO ini juga menjual beberapa makanan ringan seperti risol mayo, lumpia ayam,  burger donat, sosis bakar, nugget, karipap (coklat, pedas, keju, cokelat keju, dan pisang cokelat), platter (kentang, nugget, sosis), bitterballen, pisang pasir (cokelat, cokelat keju, keju susu, dan tiramissu).

OMO ini awalnya hanya mempunyai outlet di Sawojajar saja. Tetapi melihat ada peluang di desa Tumpang akhirnya pemilik usaha ini membuka outlet lagi dan kebetulan di Tumpang sendiri baru dibuka pujasera yang tempatnya berdekatan dengan basecamp para pendaki yang ingin ke Gunung Bromo atau Gunung Semeru. Hal ini bisa menjadi sasaran konsumen dari OMO.

Selain itu untuk mendapatkan buah-buahan di daerah Tumpang sangat mudah karena mayoritas penduduknya menjadi petani. Di Tumpang saat ini juga banyak tempat wisata yang dibuka, bahkan beberapa bulan terakhir ini baru dibuka kurang lebih 5 tempat wisata. 

Desa Tumpang juga memiliki letak yang strategis karena dekat dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan Tumpang juga merupakan akses jalan yang biasanya di lewati pengunjung ketika akan ke Gunung Bromo atau wisata yang ada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. 

Para pengunjung pasti akan berhenti di daerah Tumpang untuk menunggu jemputan jeep atau travel yang mereka gunakan sehingga sangat menguntungkan bagi orang yang mempunyai usaha kuliner. Masyarakat di sekitar Tumpang juga sangat ramah yang membuat orang merasa nyaman ketika menjalankan usahanya.

 Meskipun OMO ini memiliki pusat di Sawojajar tetapi menu yang dijual tidak harus sama persis dengan pusatnya, mereka memberikan kebebasan untuk berinovasi dan mengembangkan usaha ini agar bisa mendapatkan omset yang besar. Tetapi untuk makanan ringan akan dikirim langsung dari pusat jadi, outlet cabang sudah siap tinggal menggoreng dan langsung menjualnya.

OMO ini juga termasuk UMKM yang terdampak pandemi karena mengalami penurunan pendapatan yang sangat drastis. OMO yang sebelum pandemi ketika di hari biasa mendapatkan 300.000 -- 400.000 ketika standnya rame dan di hari sabtu minggu biasanya mendaptkan omset 600.000 -- 700.000 tetapi dampak pandemi ini untuk mendapatkan omset 100.000 saja sudah sangat sulit apalagi wisata ke kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru masih tutup jadi basecamp sangat sepi,paling ada Cuma orang- orang di wilayah Tumpang saja. 

Untuk omsetnya penurunanya hampir 80% selama pandemi ini. Sebelum ada Pembatasan Pemberlakuan Kegiatan Masyarakat (PPKM ) ini mereka di targetkan dalam waktu satu bulan jika bisa menaikkan presentanse penjualan 20% maka akan mendaptkan reward.

Sebelumnya OMO hanya berjualan di offline saja, tetapi karena ada PPKM akhirnya OMO berjualan secara online melalui gofood, grabfood, delivery order untuk menambah omset mereka. Meskipun sudah berjualan secara online tetapi untuk mendaptkan omset yang sama seperti sebelum pandami ini sangat sulit sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi pemilik outlet ini bisa tetap bertahan dan pemasukannya bertambah.

jam operasionalnya pun juga berkurang selama pandemi ini. Yang dulunya buka mulai dari jam 9 pagi sampai jam 10 malam sekarang dibatasi hanya sampai jam 8 malam. Padahal biasanya ramai pengunjung itu ketika malam hari.

Sebenarnya di OMO akan menambah menu-menu terbaru yang disukai anak-anak dan remaja seperti seblak, mie pedas. Tetapi melihat kondisi yang masih belum memungkinkan jadi rencananya akan ditambah setelah PPKM selesai nanti.

Sebagai pengusaha harus bisa peka terhadap keadaan sekitar dan terus berinovasi mengikuti perkembangan zaman terutama di dunia kuliner. Terkadang masyarakat mudah bosan kalau menu nya Cuma itu-itu saja. 

Selain itu juga harus kreatif untuk mempertahankan usaha kita dan jangan hanya berpatokan untuk berjualan makanan atau minuman yang sedang hits atau kekinian karena banyak juga sekarang orang yang memiliki usaha minuman atau makanan yang kekinian tetapi baru berjalan beberapa bulan sudah berhenti karena sepi pembeli. 

Apalagi di masa pandemi seperti ini harus bisa menyesuaikan dengan keadaan, kalau bisa kita mengambil untung sedikit yang penting pembeli banyak daripada kita menjual dengan harga tinggi tetapi sepi pembeli. Karena para pembeli juga harus bisa mengatur keuangan mereka agar tetap bisa bertahan hidup di masa sekarang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun