Mohon tunggu...
Fitri Rahayu
Fitri Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru TK Tunas Jaya

Menulis dan bercerita

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cegah Bullying, Bersama Kita Pasti Bisa

11 Mei 2024   20:26 Diperbarui: 11 Mei 2024   22:04 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cegah Bullying, Bersama Kita Pasti Bisa


Bullying, kata ini tidaklah asing bagi kita saat ini. Maraknya kasus bullying atau perundungan mulai merambah ke sekolah-sekolah mulai jenjang terendah (Taman Kanak-Kanak) hingga jenjang tertinggi yaitu perguruan tinggi sekalipun.

 Tidak hanya di sekolah, bullying atau perundungan ini pun bisa terjadi dilingkungan terdekat anak yaitu keluarganya sendiri.

Disadari atau tidak kita selaku pendidik pasti pernah melakukan bullying pada peserta didik kita, entah itu dengan memanggilnya ," Hei, Gendut, sini!" atau membedakan perlakuan kita terhadap murid tertentu, menghardik mereka dengan  kata-kata yang kasar saat marah, atau mengatainya 'bodoh' di depan teman sekelasnya. Jika pernah melakukan itu, marilah kita tobat berjamaah.

Mengapa harus tobat? Rata-rata anak yang pernah mengalami bullying atau perundungan baik secara verbal, fisik, intimidasi, dan sebagainya akan melakukan hal yang pernah dialaminya pada orang lain. Hanya sedikit saja dari mereka yang bisa mengambil sisi positif dari pengalamannya dengan berpikir jangan sampai orang lain mengalami apa yang dia alami.

Sebenarnya apa saja, sih, hal-hal yang termasuk bully atau perundungan seperti yang telah saya sampaikan di atas?

Penjelasan ini saya dapatkan sewaktu mengikuti seminar tentang Pencegahan Bullying pada usia Pra Baliq bersama Kak Tere. 

Bullying atau perundungan itu banyak macamnya, diantaranya adalah pelecehan verbal yaitu ucapan seperti melabel anak dengan sapaan gendut, jelek, kurus, dan lainnya. Termasuk celaan yang bisa membuat anak merasa tidak nyaman.

Berikutnya adalah pelecehan fisik berupa kekerasan fisik (pukulan, cubitan, atau tendangan, dll). Pelecehan ini sedang sangat marak terjadi pada anak-anak kita di sekolah bahkan pondok pesantren sekalipun.

Selanjutnya adalah pelecehan sosial yaitu mengisolasi, memfitnah, dll. Pelecehan emosi yaitu menghina, ancaman, intimidasi yang efeknya membuat rasa stres sehingga efek terfatal yang terjadi adalah anak-anak itu nekat untuk mengakhiri hidupnya agar terbebas dari bully atau perundungan.

Maraknya kasus-kasus dari bullying inilah yang menyebabkan kita harus menemukan solusinya. Salah satu cara untuk menghindari atau mencegah bullying haruslah dari akarnya. 

Caranya bagaimana? Dengan melahirkan generasi pembebas. Dan ini haruslah dimulai dari madrasah pertama anak yaitu keluarga.

Generasi pembebas ini hendaklah terlahir dari sinergi dan kolaborasi keluarga dengan pihak sekolah. Bagaimana untuk mendidik generasi pembebas ini?

Sebelum berbicara lebih jauh tentang generasi pembebas marilah kita membaca sebuah surat dalam Al Quran sebagai pengingat yaitu QS. Annisa ayat 9 yang artinya:

"Hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya."

Dari sini kita bisa ambil sebuah pelajaran bahwa janganlah sampai kita melahirkan generasi yang lemah dalam segala hal seperti lemah mental bahkan lemah iman.

Bayangkan saja akibat yang akan ditimbulkan dari generasi kita yang lemah tersebut. Untuk itulah kita harus menjadikan generasi kita yang benar-benar kuat lahir batin agar bisa meraih masa depan yang cemerlang. Salah satunya adalah dengan melahirkan generasi pembebas yang kembali pada Allah dan Al Quran juga Hadits.

Dari sini kita bisa menarik benang merahnya bahwa generasi pembebas ini adalah generasi yang bisa menjadikan Quran Hadits sebagai sandaran hidupnya sehingga dipenuhi dengan kasih sayang dan cinta karena Allah.

Hal ini sangat erat dengan usaha yang mulai kita rintis bersama pihak yang terikat secara langsung dengan dunia pendidikan  yang menjadikan sekolah sebagai perpanjangan tangannya. 

Melalui kurikukum merdeka yang bertujuan menguatkan karakter anak dengan profil pelajar pancasila yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia, mandiri, gotong royong, bernalar kritis, berkebhinekaan global, dan kreatif.

Adalagi yang terbaru untuk mencegah bullying yang telah diluncurkan pemerintah yaitu dengan pembentukkan tim TPPK di setiap satuan pendidikan.

Melalui tim ini diharapkan semua elemen dapat bergandengan tangan untuk mewujudkan sekolah dan lingkungan yang menyenangkan tanpa perundungan atau bullying. Bersama kita pasti bisa karena aku dan kamu sama-sama ciptaan Tuhan yang seharusnya saling menyayangi dan menghargai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun