Mohon tunggu...
Fitri Nurul Aqila
Fitri Nurul Aqila Mohon Tunggu... Lainnya - .

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Fisik Hunian Ternyata Memengaruhi Perilaku Kolektif Masyarakatnya, Kok Bisa?

28 April 2022   15:30 Diperbarui: 29 April 2022   16:30 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumah swadaya. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Dalam konteks sosiologi, urbanisme dipahami sebagai dinamika perkotaan yang memiliki peran untuk menunjukkan kekhasan gaya hidup suatu kelompok. 

Pada tahun 1938, Wirth mempublikasikan jurnal Urbanism As a Way of Live yang mengemukakan proposisi sosiologi terkait karakteristik kehidupan perkotaan yang dapat ditinjau melalui hubungan antara angka populasi, kepadatan pemukiman, dan heterogenitas penduduk. 

Keterhubungan antara ketiga karakteristik kehidupan perkotaan melahirkan perspektif sosiologi, meliputi: 1) Struktur fisik, 2) Struktur sosial, dan 3) Seperangkat perilaku kolektif.

Pada dasarnya, perspektif sosiologi perkotaan dipengaruhi oleh variabel intervening, yaitu manusia. Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dilepaskan dari pengaruh individu lain dan lingkungan sekitar. 

Secara psikis, manusia memiliki kehendak atau dorongan untuk mewujudkan interaksi sosial. Dorongan untuk mencapai bentuk interaksi antar individu berkaitan dengan salah satu hierarki kebutuhan manusia yang pernah disinggung oleh Maslow pada tahun 1943, yaitu kebutuhan keterlibatan sosial yang menempati posisi hierarki ketiga.

Kebutuhan manusia akan keterlibatan sosial dalam lingkup perkotaan biasanya dimulai dari pemukiman atau lingkungan hunian. 

Hal ini dikarenakan pemukiman bertindak sebagai medium pembentukan pribadi dan budaya suatu kelompok atau komunitas yang mencerminkan masyarakatnya secara menyeluruh (Silas, 1993), sehingga manusia sebagai makhluk yang membutuhkan sense of belonging akan menginisiasikan suatu interaksi yang merupakan cikal bakal dari hubungan sosial. 

Lebih dari itu, pemukiman juga bertindak sebagai sistem yang mempertimbangkan keseimbangan akan ekosistem dan sistem sosial dalam lingkungan hidup manusia yang bersifat saling ketergantungan.

Hal yang dianggap penting dalam memahami urbanisme dari segi sosiologi adalah melalui kekhasan gaya hidup suatu kelompok yang ditinjau melalui perilaku para individu di dalamnya. 

Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku para individu secara kolektif diperlukan untuk mengemukakan perbedaan dalam hal mengukur tiga fungsi perspektif sosiologi perkotaan, yakni struktur fisik, struktur sosial dan seperangkat perilaku.

—

Dalam kurun waktu 1997-2002, terjadi migrasi penduduk Jakarta menuju pinggiran kota sebagai bentuk konsekuensi dari pertambahan jumlah penduduk Kota Jakarta yang kala itu bertindak sebagai pusat kegiatan perkotaan, salah satunya Kota Tangerang Selatan. 

Pertumbuhan penduduk dalam suatu kota berbanding lurus dengan kebutuhan terkait hunian atau pemukiman. Pertumbuhan populasi Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan tercatat meraih angka 305.563 jiwa penduduk per-2020 dengan kepadatan penduduk 11.393,11 jiwa/km2. 

Hal ini menyebabkan adanya suatu lonjakan dalam memenuhi kebutuhan hunian, dalam artian lain perumahan memiliki peran penting sebagai wadah pencapaian kebutuhan tersebut.

Untuk memenuhi tuntutan akan hunian tersebut, banyak perumahan-perumahan yang mulai dibangun. Perumahan yang dibangun makin lama makin mementingkan privasi penghuni, dalam artian cluster.

Rumah yang terbangun pada jenis cluster pada umumnya memiliki satu fitur, yaitu pagar. Menurut Widhyharto (2009), perumahan dengan model berpagar secara tidak langsung mendorong sifat individualisme dalam masyarakat.

Dorongan sifat individualisme dalam perumahan berpagar diakibatkan oleh menurunnya rasa kebersamaan di lingkungan. 

Rasa kebersamaan dipahami sebagai hubungan keterlibatan sosial dalamd suatu kelompok yang melahirkan rasa memiliki dan persepsi kepemilikan melalui tindakan berbagi kebutuhan dan saling komitmen. 

Rasa kebersamaan yang terbentuk melalui interaksi sosial umumnya terjadi secara spontanitas, sehingga kehadiran pagar dalam konteks ini memunculkan persepsi keengganan pada perilaku manusia dan membentuk interaksi yang hanya sebatas hubungan sekunder; bersifat impersonal. 

Pada dasarnya pagar sebagai elemen fisik berfungsi untuk meningkatkan rasa keamanan bagi penghuninya, namun dari segi sosial, suatu kelompok (hunian) yang sangat terjaga dapat menyebabkan penurunan keragaman sosial, peningkatan ketegangan sosial, dan kecenderungan segregasi sosial.

Dari hal-hal yang telah dibahas di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang memengaruhi perilaku kolektif suatu kelompok dalam interaksi sosial pada kasus ini ditimbulkan melalui fitur fisik suatu ruang, pagar. 

Persepsi yang terbentuk akibat fitur fisik ini berdampak terhadap kegiatan dan perilaku kolektif suatu kelompok dalam sehari-hari,

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa faktor yang memengaruhi perilaku kolektif, dalam konteks ini fitur fisik, berdampak terhadap kekhasan gaya hidup pemukiman dan perspektif sosiologi perkotaan yang terbagi menjadi tiga fungsi:

  1. Struktur fisik, bentuk dan tatanan ruang pemukiman yang berpagar.
  2. Struktur sosial, pola hubungan dan karakteristik warga dipengaruhi oleh fitur fisik pagar; meningkatkan ketegangan sosial dan segregasi sosial.
  3. Seperangkat perilaku, memunculkan keengganan interaksi antar individu secara kolektif dan membentuk hubungan sekunder yang bersifat impersonal.

Nah, setelah tahu bahwa fitur hunian sesepele pagar dapat memengaruhi perilaku kamu, bukan berarti pagarnya harus dibongkar ya. Tetapi hubungan dan komunikasi antar tetangga yang ditingkatkan, jadi yang dipagari hanya rumah saja ya, kalau hubungan sosial jangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun