Tentunya kita sama sama menyadari bahwa keberadaan gadget telah membawa pengaruh terhadap gaya hidup dalam peradaban manusia. Sebagai teknologi tentunya gadget menjalankan fungsinya untuk memudahkan manusia, sementara manfaat dan efek samping yang ditimbulkan diserahkan kepada penggunanya.
Tulisan ini mungkin dapat dikatakan sebagai bentuk keprihatinan, sebuah bentuk curhat, mungkin juga ajakan, tapi yang pasti sebuah bentuk intruspeksi diri dari penulis. Apakah gerangan yang dimaksud?
Baiklah... Mari kita sama-sama mengingat kebiasaan kita semua...
Bagaimana selama ini kita memperlakukan gadget, dan seberapa penting?
Apakah sesuatu yang cukup penting? Apakah sangat penting? Atau biasa-biasa saja?
Kemungkinan jawaban terbanyak ada di posisi "cukup penting" dan "sangat penting".
Kemudian pertanyaan berkembang menjadi lebih mengerucut..
Aplikasi apa yang sering kita gunakan dalam gadget?
Aplikasi social media seperti Whatshap, Line, BBM,twitter, facebook, dan sejenisnya? Entertainment dan game? Atau aplikasi office atau fresh application untuk menunjang pekerjaan?
Mungkin rata rata dari kita menjawab aplikasi social media (sosmed) dan entertainment-game.
Kemudian pertanyaan berlanjut pada hal yang lebih menukik..
Jika jawaban lebih banyak menggunakan aplikasi sosial media dan entertainment-game, maka seberapa besar pengaruh aplikasi itu dalam menunjang hal positif kehidupan kita?
Lebih banyak mana porsinya menggunakannya untuk menunjang hal-hal positif yang lebih bermanfaat ataukah justru ke hal-hal yang tidak ada manfaatnya dan bahkan cenderung negatif lebih banyak?
Mari sama-sama kita jawab dengan jujur...
Menurut pengamatan penulis, pengguna gadget dapat dibagi menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu:
- The Addicted
Kelompok ini selalu mengikuti perkembangan teknologi gadget secara up to date. Mereka seringkali membeli gadget keluaran terbaru tanpa memperhatikan kegunaan bagi diri sendiri. Prinsipnya: yang penting mempunyai gadget tercanggih saat ini. Tidak jarang mereka yang termasuk dalam kelompok ini memiliki lebih dari 1 gadget namun tidak terlalu memperhatikan urgensinya bagi kebutuhan mereka. - The Curious
Kelompok ini biasanya terdiri dari orang-orang yang menyukai hal baru. Mereka termotivasi membeli gadget untuk memenuhi rasa penasaran untuk mencoba teknologi baru baik aplikasi maupun fitur-fiturnya. Mereka tidak terlalu memperhatikan kemanfaatannya buat diri sendiri, prinsipnya: yang penting tahu dan sudah pernah mencoba. - Happy to PerformÂ
Orang-orang yang termasuk kelompok ini didominasi baik oleh kaum hawa, tapi juga tidak sedikit kaum adam. Motivasi memiliki gadget untuk bisa menunjang eksistensi di dunia sosial media. Tidak jarang mereka memburu fitur kamera yang terbaik, dengan aplikasi pengolah foto terbaik untuk menghasilkan kualitas terbaik sehingga dapat diunggah dengan tampilan terbaik. Mereka memaksimalkan semua aplikasi sosial media dan dipastikan aktif dalam gadget agar update informasi dalam social media dapat semudah mungkin.Mereka yang di kelompok ke-3 ini kebanyakan memiliki kebiasaan menunduk, artinya di mana pun dan kapanpun selalu memegang dan memandang layar gadget mungkin tanpa disadari. Mereka melakukannya untuk sekedar mengecek status WA, BBM, Facebook, atau membalas obrolan atau komentar dari teman-teman sosial media. Jadi tanpa disadari terkadang tidak mengetahui apa yang terjadi di sekitarnya. Bisa jadi kelompok ini yang terbanyak di Indonesia saat ini.
- The Wise
Kelompok ini paling berbeda di antara 3 kelompok sebelumnya. Mereka memilih gadget benar-benar sudah dipikirkan sesuai kebutuhan. Kelompok ini biasanya terdiri dari orang-orang yang memang membutuhkan gadget sebagai alat bantu pekerjaan. Mereka dapat menyeleksi aplikasi maupun fitur gadget sesuai kebutuhan. Kelompok ini menurut penulis adalah yang paling ideal dan dapat diteladani. Tidak jarang mereka membeli gadget yang bisa dibilang jadul, namun dapat termanfaatkan dengan baik. Atau juga sebaliknya mereka juga ada yang membeli gadget dengan fitur canggih untuk memenuhi kebutuhan mereka, prinsipnya: the right gadget on the right place.
Dari pengelompokan tersebut, kita dapat bertanya pada diri sendiri, berada di kelompok manakah kita? Pertanyaan ini bukan hanya bagi pembaca, tapi juga bagi penulis. Bagi jadi kita semua.
Semoga dengan introspeksi kita semua akan menghasilkan pemikiran yang lebih bijak dalam memperlakukan gadget yaitu diharapkan dapat berfungsi sebagaimana mestinya, benar-benar membantu hal-hal positif pengguna, dan tidak disalahgunakan untuk memenuhi kebutuhan yang mengarah ke hal yang tidak terlalu bermanfaat atau bahkan hal negatif.
Orang bijak tentunya menguasai gadget, bukan dikuasai gadget, karena kembali ke konsep dasar bahwa gadget adalah teknologi yang seyogyanya dimanfaatkan secara proporsional.
Dari ulasan ini penulis ingin berbagi opini dengan pembaca, dari fenomena ada saat ini timbul sebuah pertanyaan yang selalu menggelitik penulis yaitu:
Apakah memang sudah saatnya anak-anak kita memiliki gadget?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H