Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menangkap Sinyal Penolakan dalam Pesan Teks

11 November 2021   15:07 Diperbarui: 12 November 2021   02:45 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Membaca Pesan teks di WhatsApp Sumber: journeyofindonesia.com

Pada era teknologi digital saat ini, pesan teks lazim digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Cepat, murah, dan praktis, adalah 3 (tiga) keunggulan pesan teks sehingga digemari oleh masyarakat. Selama pandemi berlangsung, penggunaan pesan teks semakin meningkat seiring dengan tuntutan untuk lebih banyak berada di rumah saja.

Berkomunikasi dengan pesan teks memang memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri. Kekurangannya, bila pesan teks diketik terburu-buru atau tidak lengkap, maka dapat mengakibatkan penerima salah menangkap makna pesan. Sebaliknya, bila pesan terlalu panjang maka penerima pesan malah bingung mengartikan pesan. Intinya, serba salah.

Sulitnya, masing-masing orang berpeluang untuk menafsirkan makna pesan teks secara berbeda. Bayangkan saja bila sebuah pesan teks dalam grup percakapan ditafsirkan berbeda-beda oleh beberapa orang. Pasti butuh usaha ekstra untuk meluruskan kekeliruan pemahaman terhadap pesan teks tersebut.

Kelebihan pesan teks adalah bahwa "ia" bisa menjembatani jarak dan waktu. Keluarga, teman, sahabat, atau kekasih yang berjauhan juga dapat menjalin silaturahmi berkat pesan teks. Pesan teks juga dapat menjadi "duta" untuk mewakili kehadiran nyata akibat alasan klasik sepanjang masa yang bernama kesibukan.

Namun, bila tidak berhati-hati, sebuah relasi bisa hancur berantakan gara-gara salah kirim pesan teks. Pesan teks sangat mungkin menimbulkan ketersinggungan.

Karena itu, seseorang harus memahami dahulu tafsir yang mungkin ditimbulkan sebelum mengirim pesan. Sebaliknya, seseorang juga harus membaca dengan cermat pesan yang ia terima. Karena sudah pasti, setiap kata dalam pesan mengisyaratkan kehendak pengirimnya.

Lantas, bagaimana menangkap adanya sinyal penolakan dalam sebuah pesan teks? Beberapa contoh pesan teks berikut ini mengisyaratkan penolakan yang mungkin pernah kamu terima.

1. Saya Sedang Sibuk

Pesan teks di atas adalah contoh nyata sinyal penolakan. Jika terjadi beberapa kali, mungkin saja pengirim pesan memang sedang berada dalam situasi sebagaimana isi pesan teks.

Namun, bagaimana bila pengirim pesan selalu membalas pesanmu dengan kalimat serupa atau tidak menghubungimu lagi sesuai janjinya?

Saatnya menyadari bahwa sesungguhnya kamu sedang menghadapi penolakan. Walaupun sinyal itu begitu kuat, tetapi kadang-kadang kamu memilih untuk menipu diri sendiri dengan cara percaya bahwa pengirim pesan memang sedang sibuk.

Sementara pengirim pesan hidup nyaman dalam semesta alasannya, kamu justru sedang menghancurkan diri sendiri dan menolak untuk menerima kenyataan.

2. Besok Kami Akan Pergi ke Pantai 

Bagaimana bila kekasihmu selalu menulis kata "kami" dan nyaris tak pernah menulis kata "kita" dalam pesan teksnya? Atau, alih-alih memilih untuk bertemu denganmu (kita), sahabat terbaikmu malah memilih untuk nongkrong dengan teman-teman barunya (kami). Hati-hati, ini bisa jadi sinyal bahwa kekasih atau sahabatmu mulai berpindah haluan dan kamu tidak lagi menjadi prioritas.

Kata "kita" jelas menunjukkan keterlibatan antara pengirim dan penerima pesan teks. "Kita" dapat menjadi bingkai kebersamaan, kedekatan, dan prioritas.

Hal ini menunjukkan kamu adalah orang yang berarti bagi pengirim pesan. Karena itu pengirim pesan mengajakmu untuk bertukar pesan teks dalam konteks "kita". Meskipun terkesan sepele, kata "kita" sejatinya memang menunjukkan seberapa penting makna dirimu bagi pengirim pesan.

3. Tolong, Jangan Paksa Aku 

Pesan teks ini dapat menjadi perisai sekaligus senjata ampuh untuk membuat seseorang merasa bersalah. Sebagai penerima pesan, kamu mungkin terus bertanya-tanya, apa yang sudah kamu lakukan sehingga pengirim pesan merasa dipaksa? Bila dibiarkan berlarut-larut, kamu akan merasa terpukul dan berpikir bahwa dirimu menuntut terlalu banyak dan tidak pengertian.

Jika dimaknai, sebenarnya pesan teks tersebut juga mengisyaratkan penolakan untuk meneruskan komunikasi.

Daripada mengirimkan pesan teks bernada kemarahan, pengirim pesan merasa lebih baik untuk menempatkan dirinya sebagai korban.

Hal ini akan lebih efektif daripada harus terlibat percakapan tiada akhir yang berujung dengan konflik.

4. Kamu Sahabat Terbaikku, tetapi Aku Berteman dengan Siapa Saja

Pesan teks semacam ini akan membuat siapa saja bertanya-tanya. Lalu, tiba-tiba saja pengirim pesan tidak membalas semua pesanmu dan pamer foto dengan orang yang pernah menyakitimu di media sosial. Tidak usah berpikir keras, ini merupakan sinyal penolakan yang tak terbantahkan.

Faktanya, kamu memang tidak bisa melihat mimik seseorang ketika sedang mengetik pesan teks untukmu. Kamu hanya membaca pesan yang masuk tanpa tahu pengirimnya sedang mentertawakan atau malah sedang mengejekmu.

Karena itu, jangan heran bila pesan yang terbaca kadang-kadang tidak sesuai dengan kenyataan.

Sebenarnya, masih banyak sinyal penolakan yang bisa ditangkap dalam sebuah pesan teks. Jadi, baca dengan saksama pesan teks yang kamu terima karena sesungguhnya sebuah pesan teks tidak pernah hampa makna. Meskipun mungkin saja makna itu kemudian diingkari karena sesal memang selalu muncul belakangan.

Ingatlah, dengan menangkap sinyal penolakan lebih awal dalam pesan teks seseorang, setidaknya kamu akan lebih berhati-hati agar terhindar dari penolakan serupa pada kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun