Perlu adanya peta wisata yang didukung beberapa information center sehingga pengunjung atau turis tahu di mana titik mereka berada.
Cerita tentang terciptanya Danau Toba hendaknya ditampilkan bukan hanya dalam format 3D, melainkan juga 4D. Proses terjadinya lempengan-lempengan juga perlu untuk diketahui. Intinya, bagaimana caranya agar proses terbentuknya Danau Toba dapat menjadi suatu daya tarik wisata.
Fase letusan, dampak letusan, dan proses terangkatnya Pulau Samosir pun dapat diangkat menjadi film yang luar biasa.
Harini berharap agar bupati di kawasan Danau Toba mempunyai persepsi yang sama dalam memandang Toba sebagai aset luar biasa dan tiada duanya di dunia. Bila persepsi ini sudah terbentuk maka bukan lagi sekadar memiliki, melainkan masing-masing berkarya dengan tujuan bersama, yaitu "Toba Menjadi Daerah Tujuan Wisata Kelas Dunia".
Selanjutnya, beliau menekankan bahwa yang membangun dan mengelola wisata Toba adalah warga Batak sendiri. Alasannya adalah karena ada rasa memiliki, mengenal sekali karakter, dan bagaimana harus memimpin, serta menjalankan mekanisme Toba. Jika pun ada pihak lain, maka hal tersebut utamanya merupakan pendampingan.
Karena itu, Harini menyarankan bahwa untuk pengembangan wisata Toba, perlu adanya pewilayahan di mana ada wisata massal, yang di-link-kan dengan semua kabupaten di sekitarnya. Selain itu, perlu adanya special interest dan COR wisata yang eksklusif yang utamanya adalah wisata pendidikan (education tourism) dan penelitian (research tourism).
Narasumber selanjutnya dalam sesi I ini adalah Annette Horschmann, seorang Aktivis Lingkungan. Beliau menyampaikan bahwa terdapat ancaman lingkungan Danau Toba dalam materinya berjudul: "The Sustainable Development in Every Sector".
Karena itu, ia menekankan perlunya "The New Toba" karena terdapat beberapa ancaman, yaitu peternakan ikan dan babi, pertanian, pariwisata, dan masyarakat di sekitarnya.
Agar ekosistem Danau Toba tidak semakin tercemar dari aktivitas sehari-hari, Annette menyebutkan 4 poin penting yang harus diperhatikan, yaitu ecotourism vs overtourism, green hotels, alam sebagai atraksi, dan masyarakat lokal terlibat.
Ia berharap, pemerintah daerah dapat mengawasi limbah dari pariwisata dengan baik, khususnya pembuangan limbah ke air danau. Ia mencontohkan Yunani yang berhasil menangani oli kapal yang mencemari laut dengan kontrol dan peraturan.