Sambutan positif juga disampaikan oleh Bapak Eddy K. A. Berutu selaku Bupati Dairi dan Cory Sebayang selaku Bupati Karo. Selain itu, mereka juga berharap agar seluruh Kabupaten yang berada di kawasan ini mendapat perhatian dari pemerintah pusat melalui KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF.
Salah satu poin penting yang diangkat dalam konferensi internasional yang terbagi dalam dua sesi ini adalah pentingnya wisata berbasis lingkungan di DSP Toba.
Hal ini dibahas dalam sesi I yang berlangsung selama pukul 10.00-12.00 WIB dengan sub tema: "Kaldera Toba: Menyambung Peradaban Zaman." Peneliti Litbang Kompas, yaitu Arita Nugraheni bertindak sebagai moderator dalam sesi yang diisi oleh 4 orang narasumber ini.
Ahli Geologi Badan Geologi Bandung, Indyo Pratomo, menyampaikan bahwa kaldera Toba merupakan supervolcano eruption. Dalam materinya yang berjudul: "Toba Caldera and Thematics Geotourism Potentials," beliau menyampaikan bahwa ada 3 kejadian luar biasa gunung api di Indonesia yang menjadikan salah satu karakter, yaitu erupsi yang merusak.
Pertama, kaldera termuda di dunia yang terjadi 200 tahun yang lalu, yaitu kaldera Tambora. Kedua, kaldera Rinjani terbentuk 800 tahun yang lalu.
Ketiga, kaldera Toba dengan erupsi luar biasa, sehingga dikategorikan sebagai super volcano. Ledakan erupsi Toba tersebut memuntahkan material 2800 m3 sehingga sangat merusak dan berdampak global.
Sumber erupsi Toba tidak hanya berasal dari satu gunung saja, melainkan berasal dari kompleks gunung api.
Erupsi serentak tersebut mengakibatkan terjadinya pengosongan dan bermagma dan tidak sempat diinjeksi dari dalam, sehingga meruntuhkan tubuh gunung api tersebut. Proses inilah yang membentuk sebuah kaldera raksasa, yaitu kaldera Toba.
Erupsi tersebut tidak hanya terjadi satu kali, melainkan sampai tiga kali. Namun, yang terbesar adalah erupsi terakhir (termuda), yang menghasilkan kaldera Toba saat ini.