Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menatap Masa Depan Pariwisata Samosir Pasca Pencanangan DSP Toba

23 September 2021   20:17 Diperbarui: 23 September 2021   20:20 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Perajin Ukiran Kayu Sedang Bekerja (Heritage of Toba) Sumber: dokpri

Penetapan Kaldera Toba sebagai UNESCO Global Geopark pada tahun 2020, maka Indonesia dapat mengembangkan geopark Kaldera Toba. Selain dapat mendorong perekonomian dan pembangunan berkelanjutan, pemerintah dan masyarakat setempat juga berkewajiban untuk meningkatkan dan terus menjaga kelestarian lingkungan. Penetapan ini juga merupakan bentuk pengakuan terhadap keanekaragaman hayati.

Presiden Joko Widodo telah mencanangkan Danau Toba sebagai salah satu dari empat destinasi pariwisata super prioritas di Indonesia. DSP Toba sendiri merupakan pengembangan Danau Toba dengan konsep pariwisata berkelanjutan termasuk peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia di mana Kabupaten Samosir termasuk di dalamnya.

Samosir telah lama dikenal sebagai ikon pariwisata Wonderful Indonesia di kawasan Danau Toba. Kabupaten yang memiliki seluruh Pulau Samosir dan sebagian wilayah daratan Pulau Sumatera ini menjadi jantung Danau Toba. Jenis objek wisata di wilayah ini sangat beragam, mulai dari wisata alam, sejarah, religi, hingga budaya.

Kemenparekraf telah mengeluarkan panduan Cleanliness, Healthy, Safety, Environmental Sustainability (CHSE) untuk kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE). Panduan ini menjadi pedoman bagi pelaku industri pariwisata untuk mewujudkan MICE di Indonesia Aja, khususnya di Samosir.

Untuk membangkitkan kembali pariwisata, maka 5K (kebersihan, keramahan, kesehatan, kebudayaan, dan kelangsungan) berikut ini perlu menjadi fokus pemerintah dan masyarakat di Samosir.

1. Kebersihan 

Kebersihan merupakan faktor utama dalam kenyamanan berwisata. Jika tidak didukung dengan lingkungan yang bersih dan asri, panorama yang indah saja belum tentu dapat membuat wisatawan betah. 

Di sisi lain, kehadiran wisatawan akan meningkatkan volume sampah di wilayah Samosir. Karena itu kesadaran masyarakat, kesadaran wisatawan, dan pengelolaan yang baik menjadi kunci utama dalam menjaga kebersihan di wilayah ini.

Ucapan selamat datang sekaligus imbauan agar menjaga kebersihan dapat digaungkan melalui pengeras suara ketika kapal motor atau feri merapat di pelabuhan atau kendaraan bermotor melewati Menara Pandang Tele. 

Cara ini dapat ditempuh untuk meningkatkan kesadaran masyarakat ketika onan (pasar) digelar setiap hari Rabu di Pangururan mengingat warga dari 9 kecamatan di wilayah Samosir turut meramaikan onan tersebut.

Ilustrasi: Kapal Motor Jenis Kayu (Heritage of Toba) Sumber: dokpri
Ilustrasi: Kapal Motor Jenis Kayu (Heritage of Toba) Sumber: dokpri

Peraturan daerah (Perda) yang mengatur sanksi terhadap mereka yang membuang sampah di pesisir/air danau menjadi penting. Sampah (khususnya plastik) dapat mengancam kelestarian satwa air seperti ikan mas, mujahir, pora-pora, dan bujuk. 

Hal ini juga akan berdampak terhadap kualitas hidup masyarakat yang menggunakan danau untuk MCK. Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang limbah rumah tangga ke danau juga perlu ditingkatkan.

Adanya tong sampah di setiap destinasi wisata dan tempat umum seperti pelabuhan, jalan, dan pasar menjadi keharusan. Pemisahan sampah organik dan non organik harus dilakukan untuk mempermudah penanganan sampah. Jumlah petugas dan armada pengangkutan sampah juga harus memadai. Sampah yang menumpuk, berceceran, dan berbau tak sedap akan mengganggu kenyamanan wisatawan.

Keberadaan Tempat Penampungan Sementara (TPS), Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), TPS 3R (Reduce, Reuse, and Recyle) dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) menjadi krusial dalam pengelolaan sampah. Pengelolaan tersebut haruslah berwawasan lingkungan, sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru berupa pencemaran lingkungan.

Menggalakkan Bank Sampah dapat menjadi opsi lainnya. 

Menurut Permen LHK No. 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recyle, bank sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi. Kelembagaan bank sampah ini dapat berbentuk koperasi atau yayasan. Opsi ini akan memberikan manfaat dan meningkatkan kepedulian masyarakat.

2. Keramahan

Keramahan (hospitality) merupakan faktor penentu dalam sektor pariwisata. Selama melakukan kunjungan wisata, seorang wisatawan akan berinteraksi dengan pengelola atau masyarakat sekitar. 

Senyum dan sapa akan membuat mereka merasa diperlakukan dengan baik, sehingga betah tinggal lebih lama. Kesan yang baik dapat menarik wisatawan kembali datang.

Hendaknya keramahan juga ditunjukkan saat wisatawan menanyakan arah atau lokasi objek wisata. Masyarakat perlu mengetahui objek wisata di daerahnya, sehingga dapat memberikan informasi yang tepat. Sosialisasi perlu dilakukan oleh pemerintah kabupaten, kecamatan, hingga desa/kelurahan.

Selain memanjakan mata, wisatawan juga membelanjakan uang mereka untuk berburu oleh-oleh. Keramahan merupakan menjadi bagian dari pelayanan yang diberikan pedagang. 

Alih-alih marah ketika barang dagangannya ditawar, lebih baik memberikan penjelasan mengapa barang tersebut pantas diberikan harga lebih tinggi. Karena itu pembinaan kepada para pedagang penting untuk dilakukan.

Ilustrasi: Danau Toba di Kala Senja (Heritage Of Toba) Sumber: dokpri
Ilustrasi: Danau Toba di Kala Senja (Heritage Of Toba) Sumber: dokpri

3. Kesehatan

Penerapan protokol kesehatan menjadi keharusan dalam pariwisata saat ini. Pengawasan terhadap penerapannya perlu terus dilakukan di tempat-tempat yang sering dikunjungi wisatawan, misalnya seperti objek wisata, penginapan, toko suvenir, restoran, kafe, hingga pasar. 

Pos pemeriksaan kesehatan di tempat-tempat strategis menjadi penting untuk menjaga wilayah ini aman bagi para pelancong.

Seyogianya, pos pemeriksaan tersebut juga dapat memberikan layanan kesehatan, agar wisatawan yang mengalami gangguan kesehatan mudah mendapatkan pertolongan. Ketersediaan tenaga kesehatan, alat kesehatan, dan obat-obatan yang memadai menjadi kunci optimalisasi fungsi pos tersebut.

Fasilitas sanitasi yang bersih dan higienis di sekitar objek wisata atau tempat umum menjadi faktor yang dapat memengaruhi tingkat kunjungan pariwisata. Ketersediaan sarana tersebut harus dibarengi dengan pengelolaan limbah yang ramah lingkungan agar tidak mengakibatkan pencemaran dan menimbulkan permasalah kesehatan bagi masyarakat sekitar.

4. Kebudayaan

Pariwisata budaya (cultural tourism) adalah jenis pariwisata yang disebabkan daya tarik seni dan budaya di suatu daerah atau tempat. Salah satu alasan wisatawan melakukan kunjungan wisata adalah untuk memuaskan rasa ingin tahu mengenai adat istiadat, keunikan daerah, budaya, dan sejarah suatu tempat.

Heritage of Toba telah menjadi ciri khas Samosir yang memiliki warisan tradisi yang tinggi. Kekayaan budaya merupakan salah satu kekuatan utama untuk menarik kunjungan wisatawan di Samosir yang identik dengan asal mula suku Batak. Karena itulah nuansa budaya Batak di wilayah ini sangat kental.

Hampir setiap desa di Samosir memiliki cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun. Beberapa di antaranya lahir menjadi destinasi wisata budaya yang populer di kalangan wisatawan, seperti Huta Siallagan di Desa Ambarita, makam Raja Sidabutar di Desa Tomok, Aek Sipitu Dai di Desa Sipitudai, Hariara Maranak di Desa Urat II, dan Pantai Batu Hoda di Desa Cinta Dame.

Ilustrasi: Hariara Maranak di Desa Urat II (Heritage of Toba) Sumber: dokpri
Ilustrasi: Hariara Maranak di Desa Urat II (Heritage of Toba) Sumber: dokpri

Para perajin yang menggantungkan hidup dari keterampilan mengukir kayu di pusat sentra ukiran kayu di Kecamatan Simanindo perlu mendapatkan perhatian. Hingga saat ini, ukiran kayu seperti alat musik tradisional, miniatur rumah batak, dan replika tongkat Tunggal Panaluan, masih diminati dan menjadi sumber pendapatan masyarakat.

Sentra tenun ulos di Desa Lumban Suhi-suhi Toruan menjadi primadona bagi wisatawan yang ingin melihat langsung cara menenun ulos, kain tenun tradisional khas Batak. 

Kaum perempuan di sini telah menenun sejak muda. Perbedaan ulos dapat dilihat dari motifnya, misalnya Bintang Maratur, Ragi Hotang, Mangiring, dan lain-lain. Fungsi ulos juga berbeda-beda, baik dalam acara adat kelahiran, pernikahan, kematian, dan lainnya.

Ketersediaan dan harga bahan baku menjadi mutlak untuk mendukung keberlanjutan ukiran kayu dan tenun ulos. Harga yang terjangkau akan memengaruhi minat wisatawan. 

Inovasi perlu dilakukan agar kerajinan khas ini semakin memiliki daya saing. Perlu dibangun museum khusus, baik tenun ulos maupun ukiran kayu agar wisatawan lebih memahami sejarah tenun ulos dan ukiran kayu.

Ilustrasi: Perajin Ukiran Kayu Sedang Bekerja (Heritage of Toba) Sumber: dokpri
Ilustrasi: Perajin Ukiran Kayu Sedang Bekerja (Heritage of Toba) Sumber: dokpri

Penyelenggaraan festival kebudayaan tahunan seperti "Horas Samosir Fiesta" terbukti menarik kunjungan wisatawan. Pemutaran film dokumenter tentang destinasi wisata, kerajinan, kesenian, pakaian adat, dan perkawinan adat penting dilakukan dalam festival ini. Atraksi patung sigale-gale, tari tortor sawan, dan tradisi mangalahat horbo juga masih menjadi magnet dalam festival.

Paket wisata budaya berpotensi untuk menggaet wisatawan. Paket ini dapat dipadukan dengan kesempatan menikmati kuliner khas seperti ikan mas naniarsik, ikan mas naniura, ayam pinadar, dali ni horbo, atau mi gomak. Kombinasi paket semacam ini akan meninggalkan kesan yang sulit untuk dilupakan.

Ilustrasi: Para Penari Tortor Sawan (Heritage of Sawan) Sumber: dokpri
Ilustrasi: Para Penari Tortor Sawan (Heritage of Sawan) Sumber: dokpri

5. Kelangsungan

Pendekatan ecotourism merupakan bagian dari wisata Kaldera Toba. Selain merupakan destinasi wisata, Kebun Raya Samosir di Desa Tomok merupakan bagian dari upaya konservasi. Koleksi tanaman di kebun seluas 100 Ha ini antara lain meliputi berbagai jenis tumbuhan obat, pewarna alami ulos, rempah, buah, dan pinus endemik.

Salah satu hasil dari keaneragaman hayati di wilayah ini adalah mangga Samosir yang berukuran mini. Pohon mangga endemik ini tumbuh secara alami dan rasa buahnya manis sekali. Bayangkan saja, bila pohonnya dibudidayakan di seluruh pesisir danau untuk penghijauan. Pasti akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Panen sebanyak dua kali setahun dapat dijadikan ajang bagi wisatawan untuk menikmati mangga Samosir secara cuma-cuma. Secara ekonomis, masyarakat akan diuntungkan dengan cara menjual hasil olahan mangga. 

Perlu pembinaan agar masyarakat mampu mengolah hasil panen menjadi produk bernilai jual tinggi. Hal ini telah dilakukan oleh Ratnauli Gultom, seorang pegiat lingkungan yang telah menyelenggarakan festival "Mangga Toba" tahun ini.

Kelangsungan hidup masyarakat di Samosir juga perlu menjadi perhatian serius. Faktanya, tidak semua masyarakat menggantungkan hidup dari sektor pariwisata. Data BPS Kabupaten Samosir menunjukkan bahwa sektor pertanian masih mendominasi dengan tenaga kerja sebesar 82,60 persen dari total tenaga kerja yang ada.

Padi, jagung, kacang tanah, kedelai, dan ubi kayu adalah 5 komoditas utama sektor pertanian di Samosir. Seharusnya, komoditas pertanian memiliki keterkaitan dengan pariwisata. Contohnya, kacang tanah yang disangrai menjadi kacang rondam dan menjadi oleh-oleh khas Samosir. Upaya serupa perlu dilakukan terhadap komoditas pertanian lainnya guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Area persawahan berlatar danau dan perbukitan menjadi modal wisata berbasis lingkungan (ekowisata). Petani dapat menjual pangan segar atau olahan kepada wisatawan untuk meningkatan pendapatannya. Pengembangan wisata berbasis masyarakat akan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pengembangan pariwisata di wilayah ini.

Ilustrasi: Nelayan di Atas Solu (Heritage of Toba) Sumber: dokpri
Ilustrasi: Nelayan di Atas Solu (Heritage of Toba) Sumber: dokpri

Hal serupa dapat diterapkan bagi nelayan yang menggantungkan hidup dengan cara mardoton, yaitu tradisi menangkap ikan dengan alat doton (jaring) di danau. Wisatawan dapat belajar menggunakan solu yang merupakan perahu tradisional Batak berbahan kayu untuk mencari ikan. Bila dipromosikan dan dikelola dengan baik, upaya ini dapat meningkatkan pendapatan nelayan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun