5. Kelangsungan
Pendekatan ecotourism merupakan bagian dari wisata Kaldera Toba. Selain merupakan destinasi wisata, Kebun Raya Samosir di Desa Tomok merupakan bagian dari upaya konservasi. Koleksi tanaman di kebun seluas 100 Ha ini antara lain meliputi berbagai jenis tumbuhan obat, pewarna alami ulos, rempah, buah, dan pinus endemik.
Salah satu hasil dari keaneragaman hayati di wilayah ini adalah mangga Samosir yang berukuran mini. Pohon mangga endemik ini tumbuh secara alami dan rasa buahnya manis sekali. Bayangkan saja, bila pohonnya dibudidayakan di seluruh pesisir danau untuk penghijauan. Pasti akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Panen sebanyak dua kali setahun dapat dijadikan ajang bagi wisatawan untuk menikmati mangga Samosir secara cuma-cuma. Secara ekonomis, masyarakat akan diuntungkan dengan cara menjual hasil olahan mangga.Â
Perlu pembinaan agar masyarakat mampu mengolah hasil panen menjadi produk bernilai jual tinggi. Hal ini telah dilakukan oleh Ratnauli Gultom, seorang pegiat lingkungan yang telah menyelenggarakan festival "Mangga Toba" tahun ini.
Kelangsungan hidup masyarakat di Samosir juga perlu menjadi perhatian serius. Faktanya, tidak semua masyarakat menggantungkan hidup dari sektor pariwisata. Data BPS Kabupaten Samosir menunjukkan bahwa sektor pertanian masih mendominasi dengan tenaga kerja sebesar 82,60 persen dari total tenaga kerja yang ada.
Padi, jagung, kacang tanah, kedelai, dan ubi kayu adalah 5 komoditas utama sektor pertanian di Samosir. Seharusnya, komoditas pertanian memiliki keterkaitan dengan pariwisata. Contohnya, kacang tanah yang disangrai menjadi kacang rondam dan menjadi oleh-oleh khas Samosir. Upaya serupa perlu dilakukan terhadap komoditas pertanian lainnya guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Area persawahan berlatar danau dan perbukitan menjadi modal wisata berbasis lingkungan (ekowisata). Petani dapat menjual pangan segar atau olahan kepada wisatawan untuk meningkatan pendapatannya. Pengembangan wisata berbasis masyarakat akan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pengembangan pariwisata di wilayah ini.
Hal serupa dapat diterapkan bagi nelayan yang menggantungkan hidup dengan cara mardoton, yaitu tradisi menangkap ikan dengan alat doton (jaring) di danau. Wisatawan dapat belajar menggunakan solu yang merupakan perahu tradisional Batak berbahan kayu untuk mencari ikan. Bila dipromosikan dan dikelola dengan baik, upaya ini dapat meningkatkan pendapatan nelayan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H