Saya lalu mencari informasi dengan cara mendatangi kantor BPJS terdekat. Informasi yang disampaikan oleh petugas kepada saya sungguh menggembirakan. Saya dapat mengubah data kepesertaan saya dalam hal ini memindahkan Fasilitas Kesehatan (Faskes) Tingkat 1 tanpa harus mengunjungi kantor cabang BPJS. Saya dapat mengubah data tersebut menjadi Faskes Tingkat 1 semula 3 (tiga) bulan kemudian. Pemindahan tersebut dapat dilakukan secara online dengan cara mengunduh aplikasi Mobile JKN di Google Play Store atau App Store. Inovasi yang memudahkan peserta BPJS ini patut untuk diapresiasi.
Minggu berikutnya, saya pun pergi ke rumah sakit yang dirujuk oleh Faskes Tingkat 1. Saya tidak perlu mengantre lama. Meskipun saya menggunakan layanan BPJS, saya diperlakukan sama dengan pasien umum atau pasien yang ditanggung oleh asuransi. Proses pemeriksaan juga tidak berbelit-belit. Ketika saya menunjukkan hasil pemeriksaan dari rumah sakit sebelumnya, dokter memutuskan untuk melakukan tindakan operasi. Namun, beliau tidak mengatakan bahwa saya akan menjalani bedah laparoskopi. Beliau hanya menyampaikan bahwa teknik bedah akan dipilih sesuai dengan kondisi pasien. Saya pun menerimanya dengan lapang dada.
Setelah melengkapi semua pemeriksaan yang dibutuhkan untuk persiapan bedah yang meliputi: tekanan darah, berat badan, rontgen dada, cek darah, dan cek jantung (Elektrokardiogram/EKG), saya disuruh pulang untuk menanti kabar kapan bedah akan dilakukan. Hanya berselang tiga hari, saya ditelepon oleh perawat yang menangani rawat inap yang menyampaikan bahwa saya akan mulai rawat inap esok harinya.
Saya dan keluarga datang ke rumah sakit dengan membawa persiapan rawat inap keesokan harinya. Tekanan darah saya kembali diukur. Kemudian, saya diantar oleh perawat untuk mulai rawat inap di kamar kelas I. Pada malam harinya, dokter yang akan membedah saya berkunjung untuk menanyakan kondisi saya. Beliau berpesan agar saya menenangkan diri dan berpuasa selama 6 (enam) jam.
Keesokan harinya, seorang perawat menjemput dan membawa saya ke ruang operasi. Saat masuk ke ruang operasi, saya masih berbincang-bincang sebentar dengan dokter anestesi sebelum kehilangan kesadaran. Saat terjaga, tubuh saya sudah dihangatkan dengan selimut listrik. Mungkin karena itulah saya tak merasa kedinginan atau menggigil pasca operasi (saya merasakan hal itu saat menjalani operasi sebelumnya).
Tak lama kemudian, saya diantar kembali ke kamar. Keluarga saya lalu menunjukkan sepuluh buah batu berwarna kehitaman dalam tabung kecil. Itulah batu empedu yang bersarang di kantung empedu saya. Syukurlah, akhirnya saya dibedah dengan menggunakan teknik laparoskopi.
Pada hari terakhir opname, semua titik bekas operasi dibersihkan dan perban diganti. Saat hendak meninggalkan rumah sakit, saya diberikan obat untuk rawat jalan. Semua biaya rumah sakit ditanggung oleh pihak BPJS. Tak sepeser pun dibebankan kepada saya. Bukan itu saja, untuk konsultasi berikutnya hingga buka jahitan pun masih ditanggung oleh BPJS. Selama proses tersebut, obat rawat jalan masih diberikan. Saya dan keluarga sangat bersyukur atas hal itu.
Sekarang, saya sudah terbebas dari rasa nyeri di pundak dan punggung kanan saya karena penyakit batu empedu saya kelar. Semua itu berkat BPJS. Karena BPJSKesehatanMelayaniNegeri. Terima kasih BPJS.
***