Pukul delapan malam. Viktor masih mendekam dalam ruang baca. Borya mulai gelisah dan berjalan mondar-mandir di sepanjang lorong menuju ruang baca tuannya. Saat jarum jam menunjukkan pukul delapan, pemuda itu bergegas menata beef stroganoff [4] dan anggur merah di atas nampan. Borya bergumam, semoga saja tuannya berselera menghabiskan makan malam yang ia sajikan.
Borya mengetuk pintu. Tak ada suara. Pemuda itu mendorong pintu ruang baca perlahan dan melangkah masuk.
"Saya tidak menyuruhmu masuk," kata Viktor lelah. Ia hanya tertunduk, masih menekuri surat kabar di atas meja.
"Ta-pi, ini sudah jam delapan dan Tuan belum juga memanggil saya," kata Borya bersikeras. "Maafkan saya, saya lihat makan siang Tuan berkurang hanya sepertiga. Saya membawakan makan malam untuk Tuan, beef stroganoff dengan lebih banyak krim asam dan mustard..."
"Tidak," geleng Viktor. Kacamatanya melorot di ujung hidung. Sepasang matanya menatap pemuda itu dengan putus asa. "Tolong, bawakan saya makan malam cerpen! Sebuah cerpen yang layak untuk dikritik seseorang seperti saya. Sekarang juga! Kamu bisa?"
Borya melongo. Parasnya memucat. Sesaat kemudian, ia berbalik menuju pintu dengan langkah tergesa-gesa. Sejak saat itu, sang pelayan tak pernah lagi terlihat di kediaman sang kritikus.
***
Tepian DanauMu, 13 Maret 2018
Â
[1] Â Bubur khas Rusia, sering dimakan saat sarapan.
[2] Minuman fermentasi yang berasal dari fermentasi roti atau gandum-ganduman, terutama jenis gandum hitam.
[3] Â Olahan ikan herring yang disajikan bersama salad
[4] Â Tumisan dari potongan daging yang diolah dengan krim asam.