Keningku berkerut. "Mengapa kau mengatakan ini padaku?"
Gadis itu tak menjawab. Ia meraih tanganku lagi, lalu menuntunku untuk kembali.
"Kita mau ke mana?"
Pariban-ku itu diam saja sambil mempercepat langkahnya. Kami kembali berada di antara rindang haminjon.
"Lihatlah ke atas," suruhnya.
Kudongakkan kepala. Satu dua daun haminjon melayang turun di atas kepalaku. Daun-daun itu berguguran di antara kami. Semakin lama semakin banyak. Lalu menderas seperti hujan. Aku mengangkat kedua lenganku untuk meraih daun-daun itu. Wajah-wajah bermunculan dan tersenyum padaku. Ompung boru, bapak, terakhir mamakku. Pelupuk mataku menghangat. Sunyi yang bersemayam dalam hatiku berangsur punah. Perlahan-lahan, sosok Rimta mengabur dalam pandanganku.
***
- Haminjon    : kemenyan
- Huta         : kampung
- Ompung boru: nenek
- Mulak        : pulang
- Ompung doli : kakek
- Boru         : anak perempuan
- Tulang       : paman
- Pariban      : anak perempuan dari tulang (paman)
- Pahompu    : cucu
- Manugi      : pekerjaan menusuk kulit kemenyanagar dapat mengeluarkan getah dengan menggunakan sugi
- Tombak     : kebun
- Itak gurgur   : tepung beras yang dicampur gula dan kelapa tanpa dimasak
- Timbaho     : tembakau, bisa dilinting dengan daun harimonting (kemunting)
- Mangarabas  : membersihkan pohon kemenyan dari semua tanaman lain yang berada di sekitarnya.
- Mangguris   : membersihkan batang kemenyan dengan menggunakan guris.
- Manuktuk    : menutup kulit yang disugi dengan cara mengetuk kulit.
- Tali polang  : tali yang terbuat dari ijuk atau riman yang panjangnya bisa mencapai 9-12 meter.
- Anak sasada : anak satu-satunya
- Sopo        : pondok
- Lata habang: bibit kemenyan liar yang tumbuh di sekitar hutan atau yang tumbuh di sekitar areal tanaman kemenyan.
Â
     Â
.