Ia sebenarnya tahu, jika gincu-gincu di atas meja riasnya memendek semakin cepat. Seseorang selain dirinya telah memakai gincu-gincu itu. Ia tahu persis, selain dirinya, sang suami, dan asisten rumah tangga mereka, tidak pernah ada orang lain yang memasuki kamar tidur utama. Tetapi ia sengaja bersabar demi satu alasan: ia harus tahu mengapa.
***
Setahun yang lalu...
Hujan baru saja turun. Ia berdiri ragu-ragu di depan sebuah toko kosmetik dan menatap lekat-lekat tulisan di dinding kaca: gincu-gincu yang akan mengubah hidupmu. Tak lama kemudian, ia mendorong pintu dan melangkah masuk.
Seorang gadis muda menyambut kedatangannya. Gadis muda itu menyilakannya untuk melihat-lihat. Ia mengangguk lalu mengamati deretan perona pipi, pemulas mata, cat kuku dan pembingkai alis di dalam etalase kaca. Pandangannya terhenti pada deretan gincu yang nampak mengilap di bawah cahaya lampu. Sepasang matanya berbinar.
Warna gincu-gincu itu nampak menggoda. Ia menyukai semua warna gincu-gincu itu. Oranye, merah muda, marun dan lila. Ia ingin memilikinya.
***
Suaminya kini jarang pulang. Gincu-gincu di atas meja riasnya tidak lagi cepat memendek seperti dulu. Ia tersenyum. Nampaknya, seseorang selain dirinya itu sudah tahu harus ke mana membeli gincu-gincu itu.
"Kau nampak bahagia."
"Karena dirimu."
"Lelaki itu sungguh tak tahu diuntung."