Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kompasiana Award 2016, Karena Kemenangan Bukanlah Akhir Perjalanan

11 Oktober 2016   12:35 Diperbarui: 12 Oktober 2016   15:05 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memenangkan sebuah kategori dalam suatu perhelatan akbar tak pernah terlintas dalam benak saya sebelumnya. Hal itu pula yang akhirnya mengejutkan saya ketika seorang sahabat mengabarkan bahwa saya menjadi salah seorang nominator untuk kategori best in fiction pada Kompasiana Award 2016.

Arsip foto mas Isjet
Arsip foto mas Isjet
Hal pertama yang saya lakukan waktu itu adalah mengingatkan para sahabat di komunitas yang saya gagas bersama mereka agar bersikap 'hening'. Kebetulan, 2 (orang) admin komunitas RTC terpilih menjadi nominator dalam kategori yang sama, yaitu saya dan Ikhwanul Halim.

Arsip foto Ikhwanul Halim
Arsip foto Ikhwanul Halim
Pasca nominator Kompasiana Award diumumkan di microsite Kompasianival 2016, para sahabat menyatakan dukungan via akun-akun medsos yang saya miliki maupun lewat komentar-komentar di karya-karya yang saya publish. Sejujurnya, hal itu semakin meresahkan saya. Pantaskah semua dukungan itu dialamatkan kepada saya? Lalu, apakah hal tersebut akan berdampak positif bagi saya dalam berkarya?

Keresahan itu bukanlah tanpa alasan. Menulis adalah pengabdian. Itulah prinsip yang saya percayai hingga hari ini. Saya menulis karena memang saya menyukainya. Pekerjaan ini membutuhkan cinta, fokus dan ketulusan. Karena itulah, saya tidak ingin mencemari kesederhanaan itu dengan ambisi berlebihan. 

Karya fiksi sedikit berbeda dengan artikel. Jika boleh saya menganalogikan, fiksi adalah sejenis hidangan yang dibumbui oleh rasa. Rasa sendiri dipengaruhi oleh selera. Kepuasan pembaca tidaklah sama ketika menikmati sebuah karya fiksi. Meski secara umum, ada kaidah-kaidah yang digunakan untuk 'menakar' sebuah karya fiksi entah itu novel, cerpen atau puisi tapi tetap saja-fiksi memiliki kebebasan imajinasinya sendiri. Inilah hal yang juga mendasari keresahan saya soal terpilihnya saya sebagai nominator untuk kategori best in fiction.

Terlebih, sebagai salah seorang fiksianer di kanal fiksiana, saya tergolong kurang produktif berkarya dibandingkan nominator lainnya. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh kesibukan pekerjaan dan keluarga. Saya juga sering terkendala untuk menyapa rekan-rekan fiksianer lainnya. Lagi-lagi, hal ini disebabkan oleh waktu yang tersita untuk kegiatan sehari-hari.

Keresahan itu akhirnya mengundang keraguan saya untuk menghadiri acara Kompasianival 2016 di Gedung Smesco, Jakarta. Saya terus menimbang-nimbang dalam hati, apakah saya akan hadir atau tidak. Lalu, tiba-tiba seseorang berpesan bahwa saya harus hadir demi para sahabat kompasianer yang telah menominasikan saya. Akhirnya, beberapa hari jelang acara perhelatan akbar itu akan digelar, barulah saya mendaftarkan diri.

arsip dok. pribadi
arsip dok. pribadi
Malam itu, ketika nama saya dibacakan menjadi pemenang kategori Best in Fiction Kompasiana Award 2016, saya teringat para fiksianer yang selama ini giat berkarya di kanal fiksiana. Karya-karya saya tidaklah lebih baik dari mereka. Jika saya yang menjadi pemenang pada malam itu, barangkali karena sudah takdir saya untuk memotivasi mereka agar terus berkarya.

dok. pribadi
dok. pribadi
dokpri
dokpri
Admin RTC (dopkpri)
Admin RTC (dopkpri)
Sahabat fiksianer, ingatlah. Kemenangan bukanlah akhir perjalanan. Kita baru akan memulai bersama-sama. Hari ini, besok, dan seterusnya. Teruslah menulis, karena menulis adalah pengabdian. Terima kasih.

Salam karya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun