kepada setia
Kucari-cari kau pada kenangan senja itu. Padang ilalang, bianglala, dan burung-burung beriringan pulang. Keheningan. Semilir yang melenakan. Kesejatian dalam binar-binar romansa.
Semusim sudah, hasratku ingin memeluk cakrawala. Pada gerimis yang sekejap punah, kutitipkan rindu di sehelai daun. Kutuliskan sepenuh sungguh dengan jemari. Berharap amuknya mereda sementara waktu. Rindu, oh rindu. Sampai kapan kau berhenti menemuiku?
Hari ini, pasang rindu masih enggan surut. Meski telah kugoreskan tiada henti. Ia senantiasa berjumpalitan dalam ruang-ruang benakku. Hadir menyapa, tersenyum, tertawa, dan mengajakku menarikan angan. Barangkali ingin membuatku kehilangan akal pada suatu ketika.
Lihatlah, ladang-ladang telah menguning. Bulir-bulir sarat rindu kian merunduk, siap untuk dituai. Namun, kelak masih menggantung di udara. Melayang-layang tanpa pijakan. Musim pancaroba siap memusnahkan tanpa kabar berita. Burung-burung mengintai siaga. Lalu, pada siapa kenangan harus berlindung?
Kekasih, kucari-cari kau pada kenangan senja itu. Andai sehasta jarakmu dariku, dengarlah.
:Â suatu hari kelak, aku ingin memanen rindu bersamamu
***
Tepian DanauMu, 15 September 2016
karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Romansa September RTC
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H