“Ya, tentu.” Callista bersikap seluwes mungkin lalu mengangkat dagunya. “Waktu itu aku teringat janjiku untuk menemani mama pergi.”
“Pergi?”
“Ya, pergi berbelanja ke supermarket.”
“Semalam itu?”
“Mengapa tidak? Kami sering berbelanja pada malam hari. Supermarketnya tak jauh dari rumah.” Callista berusaha meyakinkan lelaki itu.
“Syukurlah… kupikir sesuatu telah terjadi,” desah Green lega, “kau kelihatan panik waktu itu.”
“Nggak terjadi apa-apa. Sungguh.” Kelegaan di wajah Green membuat ketegangan di hati Callista surut. Keingintahuan lelaki itu reda untuk sementara. Malam ini, ia harus lebih berhati-hati.
“Bolehkah aku tahu lebih banyak tentangmu?”
“Tentang apa?”
“Kau sudah memiliki kekasih?”
“Belum. Lalu kau?”