Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[HUT RTC] Perpisahan Sepasang Sepatu

1 Maret 2016   10:30 Diperbarui: 1 Maret 2016   13:29 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Ilustrasi: yunicacahya.blogspot.com"][/caption]

Minggu pertama (terinspirasi oleh puisi)

Sepasang sepatu tua yang letih, itulah kita. Kiri dan kanan─aku dan kau. Teronggok di sudut gudang ini. Berdebu, nyaris terlupakan. Melewati perjalanan-perjalanan panjang (sejujurnya mulai mengabur dalam kenang), kita pun tiba di sini. Terempas di ujung jalan pengabdian bersama laba-laba, tikus, dan kecoa yang sesekali menemani kemurungan kita. Remang bergulir kala senja, seirama hari dan waktu yang semakin renta.

Kita berbisik-bisik satu sama lain, seolah suara kita akan meruntuhkan atap gudang. Seperti runtuhnya hujan yang mengguyur kita lewat lubang-lubang yang mengerogoti atap. Sesekali kita berdebat tentang kemungkinan bahwa kita akan terkubur di gudang ini atau malah berakhir di tempat yang lebih muram. Menua bersama adalah mimpi yang tak bosan kita utarakan. Melupakan perihnya terlupakan lalu tersenyum pada malam berhiaskan gemintang melalui lubang-lubang atap. Satu hal yang luput kita ceritakan: tentang perpisahan.

Pagi ini sepasang tangan merenggut kita. Kita berpindah dalam sebuah kardus penuh yang terbuka. Berjejal dengan barang-barang tua lainnya dan terguncang-guncang dalam perjalanan menuju entah. Satu guncangan hebat, kardus oleng, dan kau terjatuh. Sia-sia aku menjerit minta tolong, karena kata-kata cuma milik kita. Suaramu yang memanggil-manggil semakin samar, sebelum menghilang bersama angin.

Ini tentang perpisahan yang luput kita ceritakan. Kelak akan kusampaikan pada malam berhiaskan gemintang, sambil mengenangmu diam-diam.

***

Tepian DanauMu, 1 Maret 2016

Sumber inspirasi:

Sepasang Sepatu

Oleh: Sapardi Djoko Damono

sepasang sepatu tua tergeletak di sudut sebuah gudang berdebu,
yang kiri terkenang akan aspal meleleh, yang kanan teringat jalan berlumpur sehabis hujan – keduanya telah jatuh cinta kepada sepasang telapak kaki itu
yang kiri menerka mungkin besok mereka dibawa ke tempat sampah dibakar bersama seberkas surat cinta, yang kanan mengira mungkin besok mereka diangkut truk sampah itu dibuang dan dibiarkan membusuk bersama makanan sisa
sepasang sepatu tua saling membisikkan sesuatu yang hanya bisa mereka pahami berdua

1973

Karya ini diikutsertakan dalam rangka memeriahkan ulang tahun perdana Rumpies The Club

[caption caption="Sumber Ilustrasi: RumpiesTheClub@dok"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun