Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Lampu-lampu Mulai Dipadamkan

17 Februari 2016   07:30 Diperbarui: 27 Desember 2016   17:00 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tawaku nyaris meledak. Rupanya Karin masih suka melebih-lebihkan keadaan. “Sesekali berpikirlah positif,” saranku.

“Kau takkan mampu berpikir positif bila menjalani hidup sepertiku,” dengusnya.

“Hidupmu akan membaik, belum waktunya saja.”

“Bukan itu,” bantahnya tak mau kalah, “sejak dulu, kau memang selalu beruntung dariku,” katanya berapi-api.

“Beruntung?”

“Kau cantik, cerdas, dan sangat populer di kampus kita. Semua orang menyukaimu. Berbeda denganku. Mungkin itu sebabnya, mengapa nasib kita bagai langit dan bumi.”

“Astaga, Karin! Jadi selama ini kau berpikir begitu?” Aku menggeleng-gelengkan kepala karena tak habis pikir. “Sepertinya kau harus membuang semua cermin yang ada di rumahmu.”

“Mengapa kau berkata begitu?”

“Kau tak menyadari betapa menariknya dirimu. Berhentilah mengeluh. Kau harus lebih banyak tersenyum.” Karin memiliki sepasang mata bulat, hidung indah dan senyum yang menawan. Jika wajahnya tak selalu muram, ia akan menjadi gadis yang disukai oleh banyak orang.

Karin terdiam sejenak lalu berkata, “Kau cuma sedang menghiburku.”

“Tidak, aku serius dengan kata-kataku.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun