Aku berlutut dan mengulurkan tanganku, “Ikutlah denganku, aku akan membuat keranjang baru untukmu.”
“Mengapa aku harus percaya padamu?” Sepasang matanya menyiratkan berbagai dugaan.
Sesaat aku tak tahu harus menjawab apa, hingga sederet kata terlontar dari mulutku, “karena aku ingin tahu mengapa kau harus memetik rembulan. Kau mau menceritakannya padaku?”
“Aku akan menceritakannya. Tapi tolong, jangan dustai aku.”
“Percayalah, aku takkan melakukannya.”
Ketika perempuan itu menerima uluran tanganku, hatiku membuncah. Aku merasa telah memetik rembulan yang ingin dipetik oleh perempuan itu.
***
Aku menepati janjiku dengan membuat keranjang baru baginya. Keranjang itu bahkan lebih besar dari sebelumnya. Kuanyam dengan kedua tanganku sendiri. Setiap malam, aku menemani perempuan itu berdiri di pinggiran tebing untuk memetik rembulan.
“Rembulan semakin dekat. Tak lama lagi, aku pasti bisa memetiknya,” gumam perempuan itu. Sepasang matanya bersinar-sinar penuh hasrat.
“Kau telah berjanji untuk menceritakan padaku apa alasanmu ingin memetik rembulan.”
“Kutukan. Ini kulakukan semata karena kutukan.”