Mohon tunggu...
Fitri Lestari
Fitri Lestari Mohon Tunggu... Lainnya - UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Saya merupakan mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Negeri Semarang

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Kunjungan Mahasiswa UNNES GIAT 9 ke UMKM Gula Merah di Desa Tursino: Menggali Proses Produksi dan Pemasaran Produk Lokal

2 Agustus 2024   21:50 Diperbarui: 2 Agustus 2024   21:58 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: Dokumentasi Tim Unnes Giat 9
Sumber: Dokumentasi Tim Unnes Giat 9
Purworejo, 23 Juli 2024- Desa Tursino merupakan salah satu desa di Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo. Desa ini memiliki banyak potensi Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM) yang masih eksis hingga saat ini dan menghasilkan produk yang dapat dijual di pasaran. Salah satu produk UMKM nya adalah gula merah.

Pengusaha gula merah tersebut bernama Nur Kholis (33 tahun). Usahanya sudah berjalan hampir sepuluh tahun yang awalnya merupakan warisan dari orang tua Nur Kholis namun setelah menikah hingga saat ini produksi gula merah dilanjutkan oleh Nur Kholis. “Modal awal membuka usaha gula merah ini yaitu sebesar Rp5.000.000 untuk pembelian wajan, tungku, cetakan, dan lain-lain,” ujar Nur Kholis. Produksi gula merah tersebut terbuat dari nira asli dengan tambahan sedikit air. Pengambilan nira biasanya dimulai pada pukul 08.00 dan selesai pada pukul 11.00. Jumlah pohon kelapa yang diambil niranya yakni sebanyak 23 pohon.

Proses pembuatan gula dilakukan selama tiga jam apabila ditunggu, namun apabila tidak ditunggu lama proses produksi bisa sampai lima jam. Jika tidak ditunggu adonan gula bisa gagal dan menjadi berjamur. Baik dan buruknya hasil gula juga bisa dipengaruhi oleh cuaca. Apabila cuaca panas hasil gula merah akan bagus, namun apabila hujan hasil gula menjadi kurang bagus dan pengambilan nira juga terhambat. Selain cuaca, kebersihan ember untuk wadah nira juga turut menjadi faktor penentu baik dan buruknya hasil gula. Ember yang tidak dicuci dapat menyebabkan nira menjadi bau hingga kegagalan produksi gula.

Produksi gula merah per hari yakni kurang lebih sebanyak 15 kg dan dijual seharga Rp19.000/kg. Namun, ketika pandemi harga gula merah turun jauh yaitu per kilogram hanya dihargai Rp13.000-Rp15.000. Satu kilogram gula merah berisi 15 biji. Produksi gula dilakukan setiap dua hari sekali. Sehingga dalam satu bulan mendapatkan omzet kotor sebesar Rp4.275.000. “Pada saat  bulan Ramadhan harga gula merah per kilogram bisa mencapai Rp24.000,” imbuh istri Nur Kholis.

Pemasaran gula merah milik Nur Kholis dilakukan dalam skala lokal saja dan tidak dijual secara online. Pengambilan hasil produksi oleh tengkulak menjadi alternatif yang dipilih. Tengkulak akan mendatangi rumah produsen gula untuk kemudian dilakukan distribusi di pasar, secara langsung kepada konsumen maupun kepada distributor-distributor lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun