Oke disini saya akan membagikan pengalaman saya selama gapyear selama 2 tahun.
Gimanasih rasanya gapyear? Haha jan tanya yagesya tentunya berat melihat teman-teman saya yang sudah semester 5, bahkan semester 7 , rasanya saya ingin menyerah, kek terlambat gak sih gue? ingin menyerah aja bawaannya ditambah masih tanggungan orang tua dan anak pertamaÂ
Ditambah kating atau pembimbingnya adalah adik kelas bhayangkan
Kok jadi curhat? Oke langsung saja ke intinya
Pertama, pada tahun 2020 setelah lulus dari SMK, saya tidak ikut utbk sbmptn dikarenakan ingin fokus kerja dan fokus mengembangkan bakat. Teman-teman saya pada ambis mengejar PTN tapi saya malah santuy dude sebelum tes, mereka mengajak saya supaya ikut tes sbmptn. "Dicoba aja dulu, gagalmah belakangan," tapi saya tetap tidak mau, karena saya dari smk, jadi tidak ingin ikut sbm, tujuan saya ingin kerja. Waktu itu covid-19 melanda, akhirnya saya locdown dirumah dan ingin fokus mengembangkan bakat saja. Hasilnya terengtengteng selama 1 tahun saya nulis novel baru 2 halaman
Kedua, tahun 2021 pun telah tiba teman saya tetap menyarankan agar saya kuliah, karena nyari pekerjaan yang gajinya tinggi di zaman sekarang harus minimal S1 akhirnya saya ikut daftar sbm. H-2 bulan saya mencari teman ambis di telegram, saya menemukannya. Dia juara OSN ekonomi yang dibahas tentang ekonomi,nah disini saya tidak paham, Kok ekonomi sma dan smk agak beda? kemudian ada geografi, sejarah, tps, dan kawan-kawannya semakin shock.
Kemudian saya istiqomah mempelajari TKA tanpa memperhatikan TPS. Saya baru belajar TPS H-2 minggu. Teman saya yang jago ekonomi pun menyarankan agar memperbanyak belajar tka, saya tidak tahu bahwa dia sudah paham tps dan waktu itu mereka pada ambis UGM, UI, UNPAD, dkk. Saya merasa minder memang, dan saya merasa PD karena sudah belajar bersama anak-anak ambis ternyata saya salah.Â
Ketika hari -H tiba , soal-soalnya begitu syulit seperti melupakan rehan saya mengalami panik attack,tiba2 saya lupa materi yang dipelajari dijauh-jauhari. Ternyata saat pengumuman tiba saya tidak lolos hwhw gpp. Bulan oktober saya merantau mencari kerja di PT, saya kira orang di PT itu baik-baik. Ternyata pikiran saya yang salah ;).Â
Ketika ada salah pasti kita jadi bulan-bulanan mandor. Ketika mandor tidak suka kepada kita walaupun pekerjaan kita bagus, jabatan kita tetap disitu tidak dinaikkan seperti member yang lain.Â
Saya iri memang kepada orang yang datangnya belum lama sesudah saya, posisi mereka dinaikkan, padahal saya sudah bekerja lama disitu daripada dia. ;) kemudian pada bulan januari saya menerapkan sikap bodo amat dan mencari pekerjaan lain. Gajinyapun mencukupi, tapi ya disetiap tempat kerja ada saja yang tidak suka kepada kita, ntah iri atau apa.Â
Saya menerapkan sikap bodo amat. Sambil menjalani kerja, saya menjalani pembelajaran juga karena ya mau mengejar PTN juga. Januari, saya pulang dulu dan membawa buku dari rumah, habis kerja biasanya nyari2 soal utbk dan lihat pembahasannya.Â
Ketiga, pada bulan april saya resign dan fokus kepada pembahasan materi UTBK dan mempelajari kekurangan saya pada tahun lalu. Teman-temang online menyarankan agar ke Unchpad saja kalo ngabisin limit utbk ;") tapi otack saya yang terbatas dan tidak diizinkan di luar domisili, akhirnya memilih PTN terdekat saja.Â
Ternyata PTN terdekatpun susah ;"). Tidak perlu belajar dari jauh-jauhari, tapi belajar mendekati hari H saja. Semisal H-3 bulan. Madep banget materinya juga jangan lupa diingat dan dipelajari dengan baik. Alhamdulillah pada pembukaan kelulusan saya lulus dengan jurusan Ekonomi Syariah. Walaupun berharap di pendidikan bahasa indonesia, mungkin ini jalan saya yang diberikan oleh Allah SWT. Terima kasih.
Kesimpulannya gapyear tidak salah kok, risikonya kembali lagi ke diri masing-masing. Namun, tentukanlah tujuan kedepan kamu dibangku SMA ketika kelas 11 dan susunlah strategi kamu setelah lulus akan kemana. Dan fokuslah tujuan kamu dengan benar-benar istiqomah dan yakin.Â
Carilah teman yang bisa mengajak kepada kebenaran, mensupport dengan baik, ketika curhat tidak dibalas dengan adu curhat, tapi menasehati dengan baik. Mental juga penting, sayangi dirimu, karena kalau tidak siapa lagi yang akan menjaganya. Tak lupa dibarengi ibadah kepada Allah dan juga restu orang tua supaya urusanmu lancar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H