Mohon tunggu...
Fitria HumairohHanaan
Fitria HumairohHanaan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

Saya mahasiswa bahasa dan sastra indonesia universitas pendidikan indonesia. Saya cukup suka menulis. Saya senang membaca buku fiksi. Saya senang membaca buku fiksi buatan sastrawan indonesia, terutama Tere Liye.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelaah Agoraphobia dalam Naskah Drama

22 Desember 2023   12:16 Diperbarui: 22 Desember 2023   13:22 1147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Naskah drama terdiri atas dua kata, yaitu naskah dan drama. Naskah menurut KBBI  adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan. Adapun arti drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan. Para ahli juga mendefinisikan drama sebagai berikut, naskah drama pada dasarnya adalah "bahan mentah" untuk pementasan (Yudiaryani, 2007). Menurut Wiyanto dalam Magdalena (2017:25) drama adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Adapun definisi naskah drama menurut Leksono dalam (Subekti, 2013) naskah drama merupakan suatu rangkaian pengucapan maupun percakapan, dalam bentuk tulisan yang tersusun sedemikian rupa, dengan mempertimbangkan tema, isi, alur cerita, maupun irama. 

Setelah kita mengetahui definisi naskah drama menurut para ahli. Dapat disimpulkan bahwa naskah drama adalah sebuah tulisan yang berisi karangan yang berisi cerita juga rangkaian pengucapan maupun percakapan. Naskah drama adalah bahan mentah untuk melakukan pementasan drama. Pada esai ini saya akan melakukan analisis pada sebuah naskah drama yang berjudul Agoraphobia karya zoex zabidi. 

Naskah drama Agoraphobia karya Zoex Zabidi berdasarkan Cerita Pendek "Batas Langitku" Karya Nindia Kusuma Putri. Zoex lahir di Semarang pada 16 Januari 1970. Pendidikan formal yang terakhir diampu Zoex adalah SMA. Kemudian, Zoex mendalami dunia panggung pertunjukkan. Zoex sempat datang ke beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang dramaturgi, penyutradaraan, penulisan naskah, artistik, dan juga manajemen pertunjukkan. Terakhir, ia lebih condong dengan dunia film.

Tamu Misterius, Rik, Friend, dan Sketsa Cinta adalah karya film eksperimennya sebagai kameramen, sutradara, dan editor. Pernah magang sebagai jurnalistik di kelompok Study Jurnalistik Wawasan Semarang. Juga menjadi desainer visual lepas. Menjadi tenaga desainer seni kaca dalam exchange programe di Kuala Lumpur malaysia pada 1998. Sekarang, ia sebagai sutradara, editor, dan kameramen di sebuah perusahaan swasta.

Sebelum masuk pada analisis naskah drama. Saya akan sedikit memberi pemahaman tentang isu yang diangkat naskah drama ini, yaitu agoraphobia . Agoraphobia atau agorafobia adalah salah satu gangguan kecemasan. Agorafobia berasal dari kata latin, agora yang berarti pasar di luar ruang. Agorafobia adalah jenis fobia dengan ketakutan dasar yang berasal dari perasaan terjebak di tempat umum, saat pengidap akan sulit untuk dapat melarikan diri, dan rasa takut tidak akan tersedianya pertolongan apabila pengidap mengalami serangan panik. 

Naskah drama Agoraphobia ini menceritakan seorang anak yang bernama Alea. Alea menderita kelainan mental juga tunarungu. Kelainan yang dialami Alea adalah agoraphobia atau fobia akan keramaian. Dengan Alea mengidap agoraphobia ini menjadikan Alea tidak bisa keluar rumah. Ketika Alea berada di luar rumah, dia akan merasa panik dengan keramaian yang terjadi di luar rumah. Agoraphobia adalah kelainan mental yang membuat pengidapnya memiliki perasaan terjebak di tempat umum. Pengidap juga akan sulit melarikan diri. Alea merasakan itu semua ketika di luar rumah. Selain itu Alea akan merasa tidak adanya pertolongan ketika dia panik. Meski dia mengidap kelainan mental ini keluarganya tetap mendukung Alea dan tidak menyudutkan Alea karena kekurangannya. 

Pada esai ini saya akan menjelaskan bagaimana isu agoraphobia bisa diangkat menjadi drama. Dengan memaparkan unsur intrinsik yang dipakai pengarang naskah drama, akan diketahui bagaimana agoraphobia ini dapat tergambarkan dengan baik dalam drama. Drama ini terdiri dari 5 adegan disertai dengan prolog dan epilog. Tokoh yang ada dalam drama ini ada empat orang, yaitu Alea, bunda Alea, Dhimas, dan Daniel.

Pertama-tama akan saya bahas mengenai unsur intrinsik yang dipakai penulis dalam naskah drama ini. Unsur intrinsik naskah drama sama seperti karya sastra prosa lainnya yang terdiri dari alur, latar, penokohan, tema, dan amanat. Pertama, alur adalah kunci utama berjalannya sebuah cerita dapat terjadi. Penentuan alur yang bagus akan menghasilkan cerita yang bagus pula. Alur yang dipakai pengarang adalah alur yang biasa dipakai pada karya sastra prosa lainnya, yaitu alur maju. Dari adegan satu sampai dengan adegan lima semua diceritakan berurut, dari sebuah pengenalan tokoh sampai dengan resolusi dipaparkan dengan berurut. Tidak ada kilas balik dalam naskah drama ini. Dapat disimpulkan bahwa alur yang dipakai adalah alur maju.

Selanjutnya latar. Latar yang dipakai dalam drama ini ada dua. Pada adegan satu sampai dengan adegan empat latar yang dipakai adalah rumah, sedangkan pada adegan lima latar yang dipakai adalah lalu lalang keramaian jalan. Alasan berbedanya latar pada adegan lima, karena di adegan inilah peristiwa agoraphobia ini terjadi. Keadaan Alea si penderita agoraphobia yang memberanikan diri keluar rumah. Dengan latar lalu lalang pejalan kaki, hiruk pikuk kendaraan bermotor, dan banyaknya suara yang membuat bising isi kepala Alea. Menjadikan agoraphobia Alea kambuh, dia langsung merasa panik seketika. Pada latar inilah dijelaskan bagaimana gejala agoraphobia terjadi. Berikut ini kutipan adegan lima yang menggambarkan gejala agoraphobia. 

"Lea berjalan dengan hati hati. Dipandanginya jalanan perkampungan. Lalu-lalang orang. Lalu- lalang motor dan mobil. Ia mulai cemas dan takut. Keringat dingin mulai membanjir. Ia menyeka keringat di dahi. Walaupun toko serba ada sudah terlihat di ujung sana, tetapi tangannya mulai bergetar. Semakin jauh dari rumah maka jalanan ini seolah semakin ramai. Kakinya mulai ikut bergetar. Ia juga menangis karena takut. Cuaca yang tadi cukup bersahabat, sontak menjadi gelap. Tiba-tiba guntur menggelegar dan petir menyambar. Lea mulai panik. Gerimis mulai turun. Lea mulai semakin panik. Lalu-lalang orang berlarian karena hujan. Sementara, bunyi klakson motor dan mobil saling bersahutan. Lea mulai tak kuat melawan kecemasannya. Akibat tergesa-gesa, tubuhnya tak sengaja bersinggungan dengan pengguna jalan lain. Ia menatap wajah-wajah marah, Lea hanya bisa menunduk. Mulutnya mulai meracau. Berteriak"

Saya bahas selanjutnya adalah penokohan. Tokoh yang bermain dalam drama ini ada empat orang, yaitu Alea sang pemeran utama, sisanya pemeran pembantu, bunda Alea, Dhimas, dan Daniel. Alea remaja 16 tahun, pelajar, introvert, phobia keramaian. Bunda Alea berusia 60 tahun, wanita karier, bunda Alea adalah sosok ibu yang penyabar, dia tidak pernah memaksa Alea untuk melawan ketakutannya pada keramaian. Dhimas adalah kakak pertama Alea, berusia 22 tahun, buruh pabrik, pendiam dan humoris, Dhimas adalah sosok kakak yang baik, sifatnya yang lebih santai daripada Daniel memperlihatkan dia kakak yang baik untuk Alea. Daniel adalah kakak kedua Alea, berusia 20 tahun, mahasiswa, berbeda dengan Dhimas, Daniel berwatak keras dan tegas.  

selanjutnya adalah tema. Tema yang dipakai pada drama ini adalah kekeluargaan dan agoraphobia itu sendiri. Drama ini menggambarkan kekeluargaan Alea yang harmonis. Meski Alea memiliki kekurangan, keluarganya selalu mendukungnya. Sekali-kali meminta Alea untuk mau keluar rumah walau tidak memaksa. Tema agoraphobia diangkat dengan penokohan Alea yang menjadi pengidap kelainan mental tersebut. 

Terakhir adalah amanat. Amanat pada naskah drama ini menjadi kekurangan naskah drama ini sendiri. Dengan keambiguan amanat, membuat saya sendiri bingung menentukan amanat yang tepat. Bila saya menyimpulkan amanat ini dengan "janganlah memaksakan kehendak sendiri", itu belum pasti benar. Pada drama Daniel hanya meminta tolong Alea untuk ke toko serba ada. Meski perkataan Daniel terkesan menyudutkan Alea, Daniel tidak terkesan memaksa dia hanya memberi wejangan pada Alea. Bila saya juga menyimpulkan amanat dengan "kita haruslah melawan ketakutan yang memerangkap kita" itu juga belum pasti benar. Agoraphobia adalah kelainan mental, agoraphobia tidak bisa dihilangkan dengan cara menghadapi ketakutan itu sendiri. Diperlukannya terapi mental agar berkurangnya ketakutan itu sendiri. Maka dari itu saya tidak dapat menentukan amanat yang tepat untuk naskah drama ini. 

Setelah saya paparkan unsur intrinsik yang terdapat pada naskah drama agoraphobia. Dapat disimpulkan isu agoraphobia ini diangkat dengan penokohan Alea dan latar yang terjadi pada adegan lima. Dengan latar lalu lalang pejalan kaki, hiruk pikuk kendaraan bermotor, dan banyaknya suara yang membuat bising isi kepala Alea. Disertai penokohan Alea yang mengidap agoraphobia. menjadikan isu agoraphobia ini tergambarkan dengan baik pada drama. 

Berdasarkan esai yang saya buat ini. Selain pembaca mengetahui unsur intrinsik yang ada pada naskah drama agoraphobia. Pembaca juga mendapatkan hal baru berupa pengetahuan tentang agoraphobia. Pembaca mengetahui gejala yang akan terjadi pada pengidap agoraphobia. Semoga esai ini bisa menjadi ilmu baru bagi pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun