Naskah drama terdiri atas dua kata, yaitu naskah dan drama. Naskah menurut KBBI Â adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan. Adapun arti drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan. Para ahli juga mendefinisikan drama sebagai berikut, naskah drama pada dasarnya adalah "bahan mentah" untuk pementasan (Yudiaryani, 2007). Menurut Wiyanto dalam Magdalena (2017:25) drama adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Adapun definisi naskah drama menurut Leksono dalam (Subekti, 2013) naskah drama merupakan suatu rangkaian pengucapan maupun percakapan, dalam bentuk tulisan yang tersusun sedemikian rupa, dengan mempertimbangkan tema, isi, alur cerita, maupun irama.Â
Setelah kita mengetahui definisi naskah drama menurut para ahli. Dapat disimpulkan bahwa naskah drama adalah sebuah tulisan yang berisi karangan yang berisi cerita juga rangkaian pengucapan maupun percakapan. Naskah drama adalah bahan mentah untuk melakukan pementasan drama. Pada esai ini saya akan melakukan analisis pada sebuah naskah drama yang berjudul Agoraphobia karya zoex zabidi.Â
Naskah drama Agoraphobia karya Zoex Zabidi berdasarkan Cerita Pendek "Batas Langitku" Karya Nindia Kusuma Putri. Zoex lahir di Semarang pada 16 Januari 1970. Pendidikan formal yang terakhir diampu Zoex adalah SMA. Kemudian, Zoex mendalami dunia panggung pertunjukkan. Zoex sempat datang ke beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang dramaturgi, penyutradaraan, penulisan naskah, artistik, dan juga manajemen pertunjukkan. Terakhir, ia lebih condong dengan dunia film.
Tamu Misterius, Rik, Friend, dan Sketsa Cinta adalah karya film eksperimennya sebagai kameramen, sutradara, dan editor. Pernah magang sebagai jurnalistik di kelompok Study Jurnalistik Wawasan Semarang. Juga menjadi desainer visual lepas. Menjadi tenaga desainer seni kaca dalam exchange programe di Kuala Lumpur malaysia pada 1998. Sekarang, ia sebagai sutradara, editor, dan kameramen di sebuah perusahaan swasta.
Sebelum masuk pada analisis naskah drama. Saya akan sedikit memberi pemahaman tentang isu yang diangkat naskah drama ini, yaitu agoraphobia . Agoraphobia atau agorafobia adalah salah satu gangguan kecemasan. Agorafobia berasal dari kata latin, agora yang berarti pasar di luar ruang. Agorafobia adalah jenis fobia dengan ketakutan dasar yang berasal dari perasaan terjebak di tempat umum, saat pengidap akan sulit untuk dapat melarikan diri, dan rasa takut tidak akan tersedianya pertolongan apabila pengidap mengalami serangan panik.Â
Naskah drama Agoraphobia ini menceritakan seorang anak yang bernama Alea. Alea menderita kelainan mental juga tunarungu. Kelainan yang dialami Alea adalah agoraphobia atau fobia akan keramaian. Dengan Alea mengidap agoraphobia ini menjadikan Alea tidak bisa keluar rumah. Ketika Alea berada di luar rumah, dia akan merasa panik dengan keramaian yang terjadi di luar rumah. Agoraphobia adalah kelainan mental yang membuat pengidapnya memiliki perasaan terjebak di tempat umum. Pengidap juga akan sulit melarikan diri. Alea merasakan itu semua ketika di luar rumah. Selain itu Alea akan merasa tidak adanya pertolongan ketika dia panik. Meski dia mengidap kelainan mental ini keluarganya tetap mendukung Alea dan tidak menyudutkan Alea karena kekurangannya.Â
Pada esai ini saya akan menjelaskan bagaimana isu agoraphobia bisa diangkat menjadi drama. Dengan memaparkan unsur intrinsik yang dipakai pengarang naskah drama, akan diketahui bagaimana agoraphobia ini dapat tergambarkan dengan baik dalam drama. Drama ini terdiri dari 5 adegan disertai dengan prolog dan epilog. Tokoh yang ada dalam drama ini ada empat orang, yaitu Alea, bunda Alea, Dhimas, dan Daniel.
Pertama-tama akan saya bahas mengenai unsur intrinsik yang dipakai penulis dalam naskah drama ini. Unsur intrinsik naskah drama sama seperti karya sastra prosa lainnya yang terdiri dari alur, latar, penokohan, tema, dan amanat. Pertama, alur adalah kunci utama berjalannya sebuah cerita dapat terjadi. Penentuan alur yang bagus akan menghasilkan cerita yang bagus pula. Alur yang dipakai pengarang adalah alur yang biasa dipakai pada karya sastra prosa lainnya, yaitu alur maju. Dari adegan satu sampai dengan adegan lima semua diceritakan berurut, dari sebuah pengenalan tokoh sampai dengan resolusi dipaparkan dengan berurut. Tidak ada kilas balik dalam naskah drama ini. Dapat disimpulkan bahwa alur yang dipakai adalah alur maju.
Selanjutnya latar. Latar yang dipakai dalam drama ini ada dua. Pada adegan satu sampai dengan adegan empat latar yang dipakai adalah rumah, sedangkan pada adegan lima latar yang dipakai adalah lalu lalang keramaian jalan. Alasan berbedanya latar pada adegan lima, karena di adegan inilah peristiwa agoraphobia ini terjadi. Keadaan Alea si penderita agoraphobia yang memberanikan diri keluar rumah. Dengan latar lalu lalang pejalan kaki, hiruk pikuk kendaraan bermotor, dan banyaknya suara yang membuat bising isi kepala Alea. Menjadikan agoraphobia Alea kambuh, dia langsung merasa panik seketika. Pada latar inilah dijelaskan bagaimana gejala agoraphobia terjadi. Berikut ini kutipan adegan lima yang menggambarkan gejala agoraphobia.Â
"Lea berjalan dengan hati hati. Dipandanginya jalanan perkampungan. Lalu-lalang orang. Lalu- lalang motor dan mobil. Ia mulai cemas dan takut. Keringat dingin mulai membanjir. Ia menyeka keringat di dahi. Walaupun toko serba ada sudah terlihat di ujung sana, tetapi tangannya mulai bergetar. Semakin jauh dari rumah maka jalanan ini seolah semakin ramai. Kakinya mulai ikut bergetar. Ia juga menangis karena takut. Cuaca yang tadi cukup bersahabat, sontak menjadi gelap. Tiba-tiba guntur menggelegar dan petir menyambar. Lea mulai panik. Gerimis mulai turun. Lea mulai semakin panik. Lalu-lalang orang berlarian karena hujan. Sementara, bunyi klakson motor dan mobil saling bersahutan. Lea mulai tak kuat melawan kecemasannya. Akibat tergesa-gesa, tubuhnya tak sengaja bersinggungan dengan pengguna jalan lain. Ia menatap wajah-wajah marah, Lea hanya bisa menunduk. Mulutnya mulai meracau. Berteriak"