Rumah gladak yang umum di masyarakat adalah gladak dengan penataan biasa. Papan kayu jati yang sudah dipasah dengan halus dirakit dengan menggunakan kayu usuk sebagai penguatnya. Cara membuatnya sama dengan membuat gebyok rumah. Setelah rakitan selesai , rakitan gebyok disatukan dengan lagur yang sudah ditata di tanah.Â
Lagur adalah kayu dengan ukuran 10/12 yang berfungsi penyangga sekaligus penguat yang dikaitkan dengan gladak dengan bantuan paku. Dengan demikian kayu gladak tidak menempel langsung di tanah.
 Tiang  penyangga ini  terbuat dari batu bata atau batu kumbung/ batu kapur yang didesain seperti tiang. Biasanya tinggi tiang penyangga  maksimal satu meter.  Biasanya pemilik rumah menggunakan kolong panggung untuk memelihara ayam, bebek, menthok, maupun angsa. Hal semacam ini memang lebih efektif, namun harus lebih ekstra dalam menjaga kebersihan kolong, agar tidak menimbulkan bau tak sedap .
Selain itu manfaat yang dapat diperoleh adalah terhindar dari musibah banjir karena beberapa daerah di Blora merupakan daerah yang rawan banjir.
Kelebihan lain dari pembangunan rumah panggung ini adalah lebih tahan terhadap gempa. Hal ini dikarenakan bahan utama pembangunan rumah merupakan kayu yang memiliki sifat elastis terhadap gempa. Rumah panggung  memberikan kesejukan yang lebih pada interior ruangan dibandingkan dengan rumah biasa.
Hal ini dikarenakan rumah panggung  akan dapat mengalirkan udara dari segala penjuru rumah melalui celah-celah yang terdapat pada kayu dan ventilasi yang ada.  Rumah panggung juga memiliki bentuk unik yang biasanya hanya ditemukan di daerah-daerah pedesaan maupun daerah yang jauh dari perkotaan. Demikian sekilas gambaran tentang rumah gladak di Blora yang memiliki keunikan bila dibandingkan dengan rumah di sekitarnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI