Mohon tunggu...
FITRI HIDAYAH
FITRI HIDAYAH Mohon Tunggu... Lainnya - Bekerja di: Kemensos RI (2012-2024) DITAJENAD TNI AD (2024-Sekarang)

IAM THE ORDINARY ONE WHO REALLY WANT TO BE SPECIAL, BERUSAHA MENGUBAH SEMUA LELAH MENJADI LILLLAH AGAR MENJADI BERKAH

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sang Puan, untuk Emansipasi Perempuan

27 November 2022   23:16 Diperbarui: 27 November 2022   23:18 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puan Bersama Rakyat, sumber: https://www.harianterbit.com/nasional

Oleh: Fitri Hidayah

"Jangan menilai saya dari kesuksesan, tetapi nilai saya dari seberapa sering saya jatuh dan berhasil bangkit kembali"

~Puan Maharani~

Perempuan dan Pemimpin

Pemimpin yang tepat adalah pemimpin yang "diciptakan", bukan pemimpin yang tiba-tiba "dimunculkan" dengan berbagai macam pencitraan positif untuk mengesankan bahwa calon pemimpin itu  memang akan menjadi pemimpin masa depan yang tepat. Karena "diciptakan", berarti ada proses yang mendahuluinya, bukan mak bedunduk jadi. Karena melalui proses, berarti ada ilmu dan pengalaman langsung yang diperoleh melalui serangkaian peristiwa langsung, sehingga tidak menjadi pemimpin yang kagetan dan mempunyai "bekal" yang mumpuni.

Itulah yang sebenarnya tidak disadari banyak orang, tentang Puan Maharani, anak dari Megawati Soekarno Putri yang sudah mempunyai nama besar, sekaligus cucu dari sang Proklamator Indonesia yang sekaligus menjadi Presiden Pertama RI, Soekarno. Puan belajar berpolitik secara mandiri dari kehidupannya yang dekat dengan politik. Itulah yang menjadi "berkah" bagi Puan. Pengalaman empiris seperti itu tidak bisa didapatkan oleh banyak orang. Ini yang menjadi kelebihan Puan Maharani. Ia "terlibat" secara langsung dalam pembelajaran berpolitik secara genetis, terutama dari Ibundanya.

Namun, yang perlu diketahui, Puan tidak serta merta terjun di dunia politik tanpa bekal ilmu dan pengalaman yang mumpuni. Puan lebih memilih mematangkan dirinya terlebih dahulu melalui pendidikan dan aktif dalam banyak organisasi, termasuk KNPI. Tidak hanya itu, Puan juga menerjunkan diri menjadi jurnalis sebagai bagian dari proses pembelajarannya terhadap politik dan kebangsaan. Ketika merasa sudah matang secara keilmuan, pengalaman, dan secara psikologis, barulah seorang Puan Maharani terjun ke dunia politik secara langsung pada tahun 2006 ketika mencalonkan diri menjadi anggota DPR RI dan sukses dengan suara yang begitu memuaskan.

Puan Maharani: Sang Inspirator Perempuan Indonesia

Posisi Puan Maharani sebagai Ketua DPR RI sangat lekat dengan nilai-nilai yang diperjuangkan Kartini. Puan berjuang untuk mendorong isu kesetaraan dalam hak pendidikan dan mendorong perempuan untuk percaya diri dalam berkarir. Di bawah kepemimpinan Puan Maharani, wajah parlemen, juga tak hanya terlihat tajam dalam fungsi monitoring, tetapi juga responsif dalam isu-isu keadilan gender.

Kiprahnya sungguh menjadi inspirasi kaum perempuan di negeri ini. Di bidang legislatif, Puan memimpin pengesahan UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) pada Rapat Paripurna DPR. Kehadiran UU itu menjadi salah satu bukti peran dan keberpihakan Puan kepada kaum perempuan Indonesia. Beberapa organisasi perempuan turut hadir untuk menyaksikan pengesahan UU TPKS dan berterima kasih karena Puan merealisasikan komitmennya.

Selain itu, Puan juga menjadi inisiator RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) yang akan menjadi bentuk perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa. Puan, yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) itu mengawal dinamika RUU TPKS dari pertama kali diusulkan pada 2016, dan menjadi salah satu tokoh yang memperjuangkan pengesahan UU TPKS.

Selain bidang legislatif, kiprah Puan dalam menjalankan fungsi pengawasan dan anggaran DPR juga dinilai optimal. Dia membawa DPR dan Pemerintah bersinergi secara baik dalam menangani berbagai dampak dan persoalan yang terjadi. Keberadaan Puan sebagai Ketua DPR perempuan pertama sepanjang sejarah Indonesia saja sudah merupakan fenomena yang cenderung langka dalam dunia politik yang maskulin. Apalagi ditambah dengan gelar Doktor Honoris Causa dari Pukyong National University (PKNU), Korea Selatan yang dianugerahkan kepadanya 8 November 2022 lalu.

Sosok Puan dalam kepemimpinannya di DPR dan sebagai tokoh politik, semakin menjadi inspirasi bagi seluruh perempuan di Indonesia. Puan menginspirasi bahwa bangsa Indonesia ini membuka lebar kesempatan perempuan yang berani belajar untuk berkarya. Inilah substansi dari perjuangan Kartini di masa kini, simbol perlawanan atas praktik-praktik diskriminasi sekaligus menegasikan asumsi bahwa "perempuan itu ujung-ujungnya jadi ibu rumah tangga saja".

Kepemimpinan Puan, menjadi bukti bahwa apabila perempuan diberikan kesempatan untuk mengakses berbagai sumber daya yang ada dan diberi kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, mereka akan memiliki potensi besar dalam mengoptimalkan pembangunan. Hal inilah yang seharusnya menjadi inspirasi bagi seluruh perempuan di Indonesia untuk tidak ragu dalam mengejar mimpi dan cita-citanya. Karena pada hakikatnya, perempuan memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mengejarnya, baik dalam konteks mengenyam pendidikan tinggi, berkarir, maupun memperoleh kesempatan di ruang politik serta jabatan publik.

Puan dan Perempuan-Perempuan Hebat

Inilah yang terus saya gaungkan kepada 400an KPM PKH dampingan saya. Saya adalah Pendamping PKH Kabupaten Kendal. KPM PKH yang sebagian besar pengurusnya adalah Ibu-Ibu dari masyarakat ekonomi pra sejahtera itu selalu saya "sounding" untuk terus memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya tanpa membedakan gender. Jangan pupuskan harapan anak perempuannya yang ingin bersekolah lebih tinggi. 

Jangan patahkan semangat anak perempuannya yang ingin mengejar karir dan cita-cita. Tidak ada lagi yang boleh mengatakan bahwa, "kodrat perempuan itu ya di dapur, sumur, dan kasur". Tidak ada pendikotomian antara hak serta kewajiban laki-laki dan perempuan. Keduanya sama-sama memiliki kewajiban untuk beribadah kepada Tuhan, keduanya sama-sama diberikan hak kebebasan dalam menjalani kehidupan. Jangan dikira perempuan hanya mahir mengurus urusan domestik saja. Urusan negara, perempuan juga jago. Puan Maharani contohnya.

Perempuan tidak boleh lelah untuk selalu mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk terus menggelorakan semangat kesetaraan di mana pun kita berada. Tanamkan dalam diri dan pemikiran, bahwa perempuan adalah sosok kuat, tangguh, dan berdaya. Sosok yang berani bermimpi dan mampu mewujudkannya. Abaikan mereka yang berkata sebaliknya, karena sejarah telah membuktikan begitu banyaknya kiprah dan sumbangsih perempuan bagi Indonesia.

Perempuan yang terus melakukan upaya untuk meningkatkan pendidikannya memberikan dampak luar biasa bagi anak-anaknya dan masyarakat, bahkan bangsa. Jadilah para perempuan yang mampu memberikan contoh. Perempuan yang tidak kenal dengan kata menyerah, memiliki cita-cita yang sama, serta memiliki niat yang mulia untuk berkontribusi secara maksimal, dan teruslah mendidik putra dan putrinya untuk menjadi generasi yang memahami keadilan gender. Seorang Ibu yang memberikan kepercayaan diri kepada anak-anaknya, bahwa anak laki-laki dan perempuan memiliki potensi, masa depan, dan kesempatan yang sama adalah perempuan hebat.

Perempuan, dari mana pun berasal, entah dari kota, desa, maupun pelosok terdalam Indonesia, dari latar belakang apa pun juga bisa bermimpi serta mewujudkannya melalui kerja keras dan sikap pantang menyerah. Berkat perjuangan, upaya, dan langkah yang mereka gagas, termasuk langkah nyata yang digagas dan dicontohkan langsung oleh seorang Puan Maharani, akhirnya perempuan-perempuan hebat mulai mendapatkan panggung dan bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar dan mengubah hidup orang lain menjadi lebih baik.

Wahai perempuan Indonesia tunjukan ide-ide, pemikiran, dan kreatifitas sebagai senjata pamungkas untuk menghadapi segala tantangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun