Mohon tunggu...
Fitri Hastuti
Fitri Hastuti Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

I'm a full time mommy of two children, have a passion about writing..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makin Cinta Indonesia Berkat Tenun

27 September 2011   09:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:34 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak salah Indonesia selalu berbangga diri sebagai negara yang kaya akan budaya. Namun, hal itu baru saya sadari setelah saya tengah tidak tinggal di Indonesia.Kemarin, perkumpulan ibu-ibu Indonesia di Tehran menjadi tuan rumah pertemuan rutin dengan ibu-ibu dari negara ASEAN lainnya. Seperti biasanya, setiap kali dilaksanakan pertemuan rutin maka harus ada satu program khusus yang dipersembahkan oleh tuan rumah kepada tamu-tamunya. Dalam pertemuan kali ini, kami memutuskan untuk mengangkat tema kain nusantara selain batik, karena menurut kami batik sudah cukup dikenal oleh masyarakat asing serta mengingat Indonesia masih memiliki banyak warisan budaya lainnya. Tenun pun menjadi pilihan kami, karena diantara kami masing-masing sudah memiliki beberapa koleksi kain tenun dari beberapa daerah di tanah air. Tidak banyak memang, tetapi cukup mewakili tenun yang dihasilkan dari pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Tenun Sumatra pun diwakili oleh Ulos Medan, Songket Palembang, dan Tapis Lampung. Tenun Kalimantan diwakili oleh Tenun Dayak dan Sasirangan, tenun Sulawesi diwakili oleh Tenun Bugis, serta beberapa koleksi tenun dari Lombok dan Flores. Dikarenakan teman-teman lain sudah bertanggung jawab untuk penyediaan konsumsi, maka saya pun diamanatkan untuk membuat bahan presentasi mengenai tenun. Langsung saja saya search di Mr. Google mengenai tenun. Alhamdulillah cukup banyak yang bisa saya jadikan referensi. Memang pengetahuan saya tentang tenun masih sangat dangkal, kain-kain yang saya bawa pun semuanya hasil rampasan perang ibu saya yang memang memiliki beberapa koleksi kain tradisional. Beberapa ada juga yang memang pemberian dari teman. Tetapi sayangnya dulu saya tidak sempat tanya asal usul kain tersebut. Luck is with me!! Berbekal browsing di internet ternyata kain yang saya miliki adalah Songket dan Sasirangan. Tahapan berikutnya adalah mencari tahu apa sih Tenun itu dan keistimewaan tenun Indonesia. Tidak ada yang istimewa memang dengan tenun, karena tenun adalah salah satu metode untuk membuat bahan pakaian. Namun, tenun Indonesia memiliki tiga teknik yang membedakannya dengan tenun biasa, yang dinamakan Teknik Ikat Tunggal, Teknik Ikat Ganda, dan Teknik Songket. Menurut pengertian dari hasil belajar saya yang singkat ini, tiga teknik tadi dimaksudkan untuk mempermudah pembuatan motif dan dekorasi pada kain yang akan membuat kain tenun semakin cantik. Teknik ikat ganda, menurut sumber yang saya baca hanya diaplikasikan untuk Tenun Gerinsing dari Bali, tidak salah kalau nilai tenun tersebut adalah yang paling tinggi diantara tenun-tenun Indonesia lainnya. Sayangnya, diantara kami disini tidak ada yang memiliki Tenun Gerinsing untuk diperlihatkan kepada teman dari negara lain. Koleksi kami untuk acara tersebut tidak bisa dibilang sedikit, karena selain dipakai oleh masing-masing dari kami, kain tenun pun dipajang di tiga rak, selebihnya kami display di empat buah manekin dan di sepanjang tangga. Saya sendiri sampai terbengong-bengong melihat keindahan kain tenun yang kami miliki. Jika disimpan di lemari, kain tenun memang belum 'cling' kelihatannya. Namun ketika sudah tampil, terlihat betul perbedaan antara Ulos, Tapis, Songket, Sasirangan, Tenun Bugis, Tenun Lombok, dan Flores. Cantik sekali. Timbullah cita-cita baru, mengkoleksi kain dari masing-masing daerah, dua tenun saja per daerah sudah meriah sekali. Wah, harus banyak menabung tampaknya. Karena tenun yang masih menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) alias handmade harganya cukup mahal. Menjelajahi internet memang perkara mudah, namun dengan terbatasnya waktu riset mengenai tenun masih ada beberapa hal yang masih di rasa kurang. Jangka waktu pengerjaan masing-masing tenun serta harga jual menjadi catatan tersendiri. Saya belum menemukan sumber yang cukup lengkap mengenai hal-hal tersebut, karena beberapa sumber hanya menyebutkan jangka waktu pengerjaan relatif tergantung dari motif. Saya juga belum menemukan website yang secara lengkap membahas mengenai tenun Indonesia dan mampu menyediakan beragam jenis tenun dari seluruh daerah, masih perlu browsing maing-masing tenun satu per satu. Akhirnya, pada saat hari H setiap tamu kami bekali dengan selendang tenun untuk dikenakan. Reaksi mereka sama seperti pada saat saya pertama kali melihat koleksi tenun yang kami miliki.. ck.. ck.. ck.. Yang pasti setelah itu ajang narsis dimulai, foto sana, foto sini.. foto sendiri, foto berdua, foto bersama.. lengkap. Di negeri Ahmadinejad ini saya menemukan harta karun  Indonesia yang sangat unik, karena selama di Indonesia waktu saya habiskan untuk pekerjaan. Another plus point for being a full time mommy here.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun