Mohon tunggu...
Fitri Haryanti Harsono
Fitri Haryanti Harsono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis di Kementerian Kesehatan RI

Akrab disapa Fitri Oshin. WHO Certificate of Achievement on Zoonotic disease-One Health, Antimicrobial resistance, Infodemic Management, Artificial Intelligence for Health, Health Emergency Response, etc. Jurnalis Kesehatan Liputan6.com 2016-2024. Bidang peminatan kebijakan kesehatan mencakup Infectious disease, Health system, One Health dan Global Health Security.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Penggunaan Istilah Pandemi Mesti Hati-hati

9 Januari 2025   16:02 Diperbarui: 9 Januari 2025   17:38 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penggunaan istilah pandemi untuk menyebut kemunculan penyakit mesti hati-hati, baik dalam penulisan pemberitaan maupun berkomentar di media sosial. (Image by Freepik)

Pemberitaan seputar virus hMPV (human metapneumovirus) pada awal Januari 2025  menuai sorotan publik Tanah Air. Penyakit infeksi pernapasan dari virus hMPV, yang masuk ke dalam famili Pneumoviridae, genus Metapneumovirus ini umum terjadi saat musim dingin.

Kemunculan virus hMPV -- yang telah ditemukan sejak 2001 dan bersirkulasi lama -- ramai dikaitkan dengan pandemi dan COVID-19. Bahkan cuitan warganet ada yang menyebut 'siap-siap pandemi jilid 2' atau 'HMPV ini plandemi alias pandemi yang direncanakan.'

Ada pula yang merasa seakan deja vu seperti halnya awal pandemi COVID-19. Cuitan lainnya, 'berita HMPV cuma nakut-nakutin doang! Jangan lagi kita masuk rekayasa plandemi.'  

Ketika membaca cuitan-cuitan di atas, sebuah pertanyaan besar mengganjal di pikiran, 'Kenapa sampai dikaitkan dengan pandemi dan COVID-19?' Pertanyaan yang masuk chat WhatsApp pun berbunyi, 'hMPV dan COVID-19, jadinya enggak sekeluarga?' 

Ini bukan kali pertama, selepas COVID-19, pemberitaan mengenai kemunculan beberapa penyakit beserta virus penyebabnya seringkali dikomentari warganet yang langsung menyebut 'ini pandemi' atau 'rencana pandemi berikutnya bakal datang.'

Padahal, penggunaan istilah pandemi semestinya harus hati-hati. Begitu jua tatkala kita berkomentar di media sosial maupun dalam hal penulisan pemberitaan. 

Muncul penyakit, tidak sembarangan menyebut sebagai 'pandemi'

Salah satu yang perlu diperhatikan adalah tidak asal sebut penyakit yang muncul dengan kata-kata 'pandemi.' Kewaspadaan dan antisipasi terhadap penyakit memang harus dibangun, tapi bukan berarti semua penyakit yang mendadak muncul alias nongol langsung disebut pandemi.

Teringat, beberapa penyakit belakangan ini yang muncul, seperti Avian Influenza A (H5N1) menyebabkan flu burung dan diprediksi akan menjadi ancaman kesehatan global pada 2025. Cuitan yang beredar dengan narasi 'pandemi flu burung H5N1 sedang disiapkan' atau 'ancang-ancang pandemi baru: flu burung manusia H5N1.'

Ada juga wabah Mpox di Afrika yang dinyatakan sebagai Keadaan Darurat Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk kedua kalinya pada tahun 2024.

Cuitan warganet soal Mpox ada yang menyebut 'hati-hati pandemi virus Mpox' atau 'new pandemic Mpox.' Cuitan yang menyebut sebagai pandemi sebenarnya tidak tepat karena WHO sendiri tidak menyatakan status pandemi pada Mpox. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun