Sebenarnya, aku mulai menulis di blog pribadi saat SMP/SMA, sekitar tahun 2003 sampai 2009. Dulu yang namanya blog pribadi sedang tren.
Aku pun mampir ke warnet buat mengerjakan tugas IT sekaligus mengisi blog. Maklum, pada waktu itu aku belum punya komputer atau laptop sendiri. Di zaman itu juga warnet masih menjamur. Lama-lama blog pribadi tak terurus meski kalau dicari mungkin jejaknya masih ada.
Memasuki bangku kuliah di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia pada 2009, aku pernah berencana untuk bergabung di badan pers mahasiswa. Geliat semangat masih membara sebagai mahasiswa baru. Aku sering membaca tulisan-tulisan mahasiswa yang dipublikasikan badan pers mahasiswa.
"Keren kali ya tulisan bisa dipublish dan dibaca sama teman-teman mahasiswa lintas fakultas lain," pikirku saat itu. Sayangnya, aku batal bergabung dengan badan pers mahasiswa. Jadwal rapat yang padat serta mata kuliah yang mengharuskan lebih banyak waktu belajar menjadi alasannya.
Gagal bergabung di badan pers otonom, aku mulai menulis di blog sosial Kompasiana pada 2011. Dari opini dan hal-hal sederhana hingga hasil seminar dan diskusi publik yang aku ikuti.Â
Sepanjang kuliah, berbagai seminar, diskusi publik, dan workshop menarik, dari tema budaya, sejarah hingga jurnalistik banyak sekali aku ikuti.
Itulah hal yang paling menyenangkan dan berkesan selama kuliah. Seminar dan diskusi publik pun bukan hanya dari fakultas sendiri, tapi di fakultas lain. Aku pun bertualang mampir ke fakultas lain, seperti FISIP, Fasilkom, Fakultas Ekonomi dan Bisnis sampai Fakultas Psikologi. Semua itu demi menghadiri seminar.
Seringnya aku ikut seminar juga diketahui beberapa teman satu jurusan. Aku pun dijuluki ASem (Anak Seminar). "Loe mah ASem banget ya. Anak Seminar," begitulah komentar salah satu temanku. Tentunya, jadwal seminar dan diskusi publik yang aku ikuti tidak bertabrakan dengan jam kuliah.
Kirim Tulisan ke Media Cetak
Hasil seminar dan diskusi publik yang aku tulis di blog sosial semakin membuka pikiranku. Blog sosial seakan jadi tempat latihan aku menulis. Kian lama aku berpikir, "Kenapa enggak aku coba saja kirim tulisan ke media cetak?"
Ada media cetak ternama yang menerima kiriman tulisan dari mahasiswa. Acara hasil seminar maupun diskusi publik bisa dikirim. Sekilas sempat galau sebelum mencoba mengirim tulisan ke media cetak.
"Tulisanku takutnya belum mencapai standar media yang bersangkutan. Malu juga kalau tulisanku jelek." Namun, aku berpikir pastinya ada editor yang akan merapikan tulisan. Pada 2012, aku mulai mengirim tulisan ke beberapa media cetak. Tak terbayang, tulisan aku berhasil dimuat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!